“jas merah”…
“Jangan sekali-sekali melupakan sejarah…” (Soekarno)
“Jika rezim sebelumnya membangun sejarah Indonesia sebagai hasil dari perbenturan antara kolonialisme dan imperialisme melawan nasionalisme Indonesia dengan Soekarno sebagai pusat, maka Orde Baru melihat sejarah Indonesia sebagai hasil dari perjuangan antara pendukung dan penentang Pancasila dengan menempatkan militer sebagai faktor penentu. Orde Baru hanya menggantikan Soekarno dengan militer, sementara itu para penentang Pancasila khususnya komunisme dan Islam ekstrimis telah menggantikan posisi kolonialisme dan imperialisme sebagai kambing hitam”.___(Bambang Purwanto, Profesor Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada).
“Segala macam teks dan sarana dalam membangun historiografi masa lalu Indonesia sesungguhnya cermin dari kerapuhan dan keterbelahan di dalam tubuh elit kekuasaan yang didominasi oleh militer dalam rezim Orde Baru. Konflik dan konsolidasi elit kekuasaan yang didominasi oleh militer dalam rezim Orde Baru sesungguhnya menyebar dan disebarkan keluar melalui berbagai bentuk saluran atau teks (film, museum, monumen, buku ajar sejarah, hari-hari peringatan dan latihan-latihan indoktrinasi)”.
“Banyaknya versi sejarah memang akan menjadi pertanyaan tentang nilai kebenarannya, karena sejarawan juga memiliki mazhab-mazhab dan seleranya. “Tapi, saya katakan dulu, tolong sejarawan yang beragam mazhab itu lebih berwawasan nasional dan lebih memilih peristiwa lainnya, tidak Jawa sentris lagi,” (Juwono Sudarsono)
Pada akhirnya, sejarah memang tidak bisa hanya sesuai dengan selera atau pesan. Ia akan tetap menjadi kontroversi jika tidak pernah dituntaskan. Memang, semua pihak boleh mengklaim sejarah, tetapi sejarah itu sendiri yang akan membuktikan kebenarannya. Sejarah selalu objektif dan bukan seperti yang umum dikatakan selama ini bahwa sejarah selalu milik penguasa.
Sejarah bukan subjektif. Sejarah adalah sesuatu yang objektif. Ia tetap akan membuka kebenarannya seiring dengan waktu. Untuk keobjektifan sejarah ini, Soekarno pernah mengatakan “jangan pernah sekali-kali meninggalkan sejarah atau akan digilas oleh sejarah”. Jadi, bangsa ini harus mulai memikirkan sebuah sejarah yang objektif supaya generasi muda tidak berjalan zig zag untuk menuju masa depan.
0 Response to "Sejarah Siapa yang Punya"
Posting Komentar