Buku Api Sejarah (Ahmad Mansur Suryanegara)


Bila Sejarawan mulai membisu, hilanglah kebesaran masa depan generasi bangsa ..

(Ahmad Mansur Suryanegara)

Telah terbit buku “API SEJARAH” Buku yang akan mengubah drastis pandangan anda tentang Sejarah Indonesia. Beliau adalah Prof. Ahmad Mansur Suryanegara, terakhir saya ketemu beliau saat “temen-temen” mengadakan sebuah seminar tentang “Seabad Kebangkitan Islam” memperingati lahirnya Syarikat Dagang Islam bulan September 2005 tepat 4 tahun yang lalu.

Setelah buku Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia yang terbit tahun 1995 dan Pemberontakan Tentara Pembela Tanah Air- Peta di Cileunca Pangalengan Bandung Selatan yang terbit tahun 1996.

Dari “Menemukan Sejarah” ke “API Sejarah” sepertinya Prof. Mansur sedang menyampaikan pesan secara “simbol” bahwa yang ditemukan dalam sejarah adalah API … Menemukan API Sejarah .., API adalah cahaya … API adalah spirit ..API adalah pembakar … API adalah Amanat Pejuang Islam yang musti menjadi obor penerang bagi setiap orang generasi sekarang yang masih memiliki API Perjuangan untuk terus miKIR — dziKIR — dan nguKIR menjadi penentu arah masa depan bangsa Indonesia .

buku “API SEJARAH” ini, maklum buku setebal 584 halaman ini seperti sebuah ensiklopedi perjalanan panjang sejarah Islam di Indonesia sejak jaman Nabi Muhammad sampai tahun 1942 jelang kedatangan Jepang ke Indonesia. Dan ternyata beberapa tulisannya mengingatkan saya pada pelajaran yang beliau ajarkan saat saya mengikuti “Kuliah Tafsir” di Masjid Istiqomah Tema yang menjadi pelajaran dari Prof. Mansur adalah “Tafsir Qishoshul Qur’an”. Diantara yang saya ingat diantaranya adalah Nabi dan Para Rasul Pembawa Ajaran Islam yang dalam buku ini ada di halaman 20 – 22.

Inilah “Tafsir Sejarah Mansuriyah” teringat saya akan candanya manakala membeberkan pemaknaan sejarah ‘yang lain dari yang lain’, sejarawan yang menikmati “beda” dan ” nyeleneh”, dan memang kalo dengar pemaparan beliau, otak ini seperti “melompat-lompat” dan tak berhenti miKIR. Moeflich Hasbullah, Asisten dan murid Prof.Mansur SN di Jurusan SPI UIN Bandung menyatakan : “Prof. Mansur Suryanegaraa adalah seorang sejarawan simbolis.

Ia seorang pembaca fakta simbol yang handal yang tak ada duanya di kalangan sejarawan, bahkan di seluruh dunia. Fakta sejarah di tangannya menjadi berwarna, unik, hidup, menunjukkan sisi-sisi yang tak terbaca dari sebuah fakta dan oleh karenanya sering mengejutkan. Ini yang tidak dimiliki para sejarawan lain. Sebagai pembaca simbol, ia sangat peka dengan fakat-fakta historis dan menangkapnya secara simbolik. Tapi, ini menghadirkan resiko. Bacaannya menjadi sering tak dimengerti oleh kalangan sejarawan konvensional. Buku dahsyat ini, tentu sangat historis dan berbasis tradisi ilmiah.

Tapi, oleh Pak Mansur, dilengkapi dan dihidupkan dengan tatapan simbolik tersebut, menjadikannya menjadi enak dibaca, perlu bahkan wajib bagi yang ingin sejarah Indonesia sesungguhnya. Ala kulli hal, saya tahu, buku ini disuguhkan dengan penuh takzim oleh beliau kepada segmentasi masyarakat yang sangat dihormatinya; Ulama. Untuk merekalah mahakarya ini didedikasikan. Generasi pembawa risalah nubuwah yang membawa pencerahan masyarakat melalui kebenaran dan spiritual enlightenment!“.

Judul Buku : API SEJARAH
Penulis : Ahmad Mansur Suryanegara
Penerbit : Salamadani kemudian diterbitkan suryadinasti (terbaru)
Tebal : xxii + 584 hlm
Peresensi : Zulfitra AJ (jilid 1)

Tentang Penulis/Pengarang: Ahmad Mansur Suryanegara, beliau lahir pada 22 Dzulhijjah 1353 Hijriyah dari pasangan Hasan Moekmin dan Siti Aminah. Beliau lebih dikenal sebagai seorang Sejarawan Muslim. Buku-bukunya telah banyak diterbitkan oleh berbagai penerbit di tanah air, di samping ratusan artikel dan makalah ilmiah yang telah lahir dari tangan kreatifnya.


SINOPSIS API SEJARAH 1
Ahmad Mansur Surynegara menceritakan bahwa Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Pengarang ingin mencoba menjelaskan tentang pengaruh Islam dan ulama dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Namun, akan terlalu berlebihan jika menuding buku ini hanya menonjolkan peran satu golongan. Sebab, buku ini mengajak kita untuk bersedia mengoreksi dan meletakkan fakta-fakta yang belum terungkap secara proporsional.

Secara garis besar buku ini dibagi dalam beberapa sub pembahasan berdasarkan pembabakan waktu sejarah. Pembahasan tersebut di kelompokkan dalam 4 bab, yaitu :

Pengaruh Kebangkitan Islam di Indonesia, Masuk dan Perkembangan Agama Islam di Nusantara Indonesia, Peran Kekuasaan Politik Islam Melawan Imperialisme Barat, Peran Ulama dalam Gerakan Kebangkitan Kesadaran Nasional.


Bab Pertama
Pengaruh Kebangkitan Islam di Indonesia. Pada bab ini, kita diajak untuk menelusuri jejak awal lahirnya Islam yang dibawa oleh Baginda Rasulullah saw. Ahmad Mansur menuliskan sejarah Islam pada jaman Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, Khilafah Umayah, Khilafah Abbasiyah, Fatimiyah, Turki dan Dinasti Genghis dan pengaruhnya terhadap perkembangan Islam di Indonesia.


Bab Kedua
Masuk dan Perkembangan Agama Islam di Nusantara Indonesia. Bab kedua ini, kita diajak berkelana saat Islam merambah ke Indonesia. Bagi yang semasa SMP dan SMA nya memperhatikan pelajaran sejarah, pasti dijelaskan bahwa Islam masuk abad ke 13 yang ditandai dengan adanya kerajaan Samudra Pasai. Disini terjadi kejanggalan sejarah, mana mungkin begitu masuk dalam waktu yang relatif singkat tiba-tiba langsung muncul sebuah kerajaan Islam. Sedangkan Ahmad Mansur menunjukan bukti-bukti bahwa Islam sudah masuk dari abad ke 7.


Bab Ketiga
Peran Kekuasaan Politik Islam Melawan Imperialisme Barat. Disini di jelaskan bahwa pemberontakan-pemberontakan yang terjadi utuk melawan Penjajah itu ternyata dipimpin oleh Ulama dan Santri.  Dan ternyata ada korelasinya antara perang-perang yang terjadi di dunia dengan perang-perang yang terjadi di Indonesia, contohnya Keruntuhan Turki, kemudian Revolusi Buruh di Perancis yang gara-gara ajaran Karl Max (Komunisme).


Bab Keempat
Peran Ulama dalam Gerakan Kebangkitan Kesadaran Nasional (1900-1942). Bab ini dimulai dengan munculnya organisasi pertama yang memelopori perjuangan kemerdekaan, yaitu Serikat Islam yang dipimpin Oemar Said Tjokroaminoto. Karena Belanda terlalu khawatir, makanya dibentuklah organisasi tandinganya Budi Utomo, Budi Utomo ini organisasi yang eksklusif khusus buat Priyayi saja. Makanya Budi Utomo tidak lebih merakyat dibandingkan Serikat Islam. Selain Serikat Islam ada juga Serikat Ulama, Muhamadiyah, NU dan lain-lain.


Analisa Kritis
Diakui atau tidak, peradaban bangsa Indonesia yang kini ada merupakan proses panjang yang sarat nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan yang tak ternilai harganya oleh kaum muslim terdahulu. Namun, fakta-fakta penting bisa jadi masih belum terungkap dan terakses oleh masyarakat dari generasi ke generasi. Kita hanya tahu bahwa kaum muslim ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ya, hanya sampai di situ. Dan kita pun manut dengan penulisan sejarah Islam tanpa menelaah lebih jauh. Padahal, hal itu menyisakan sejumlah pertanyaan dan masalah. Misalnya, dapatkah kita membedakan antara kemunculan Islam dan perkembangannya di Indonesia; mengapa situs-situs Islam terutama di Jawa Barat dan Banten tidak terawat, lainnya halnya dengan situs-situs Hindu dan Budha, semisal candi Borobudur dan Prambanan. Dan masih banyak lagi.

Dalam konteks itulah buku Api Sejarah ditulis. Ahmad Mansur Surya Negara, Sang  penulisnya, memaparkan bahwa penulisan sejarah telah dijadikan alat oleh penjajah untuk mengubah wawasan generasi muda Islam Indonesia tentang masa lalu perjuangan bangsa dan negaranya. Maksud dari upaya penjajah tersebut adalah untuk menghilangkan kesadaran umat Islam dalam perjuangannya.

Salah satunya adalah merancukan antara Islam masuk dan saat perkembangannya. Padahal, menurut Ahmad, kedua hal tersebut jauh berbeda pengertiannya. Beberapa fakta dia paparkan. Selama ini yang populer Islam masuk ke Indonesia adalah abad ke-13 melaluiAceh. Buktinya adalah terdapat kerajaan Samudra Pasai yang menganut ajaran Islam. Fakta tersebut ada yang patut dipertanyakan, mungkinkah Islam begitu masuk ke Samudra Pasai langsung mendirikan kekuasaan politik?

Dalam hal ini, Ahmad Mansur memperikan penjelasan yang sangat bisa deterima akal karena disertai bukti-bukti kuat bahwa Islam sudah masuk ke Aceh pada abad ke-7. Pendapat tersebut senada dengan pemikiran Prof Dr Buya Hamka dan KRH Abdullah bin Nuh.

Fakta-fakta yang lebih menyengat dan dilupakan tentang sejarah perjuangan organisasi Islam dalam sejarah kebangkitan sampai kemerdekaan, juga diungkap secara gamblang. Istilah nasionalisme dan Indonesia merdeka sebenarnya pertama kali diperkenalkan oleh Central Serikat Islam (CSI) pada kongres nasional pertama di Bandung pada 1916.

Lalu, mengapa Hari Lahir Boedi Oetomo ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Padahal menurut MR AK Pringgodigdo dalam buku Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia, Boedi Oetomo dalam Kongres di Surakarta pada 1928 menolak cita-cita persatuan.


Kelebihan
Buku yang ketebalannya mencapai 584 halaman ini boleh dibilang sangat antusias untuk memaparkan sejarah Islam Indonesia dari kemunculannya hingga tahun 1950. Fakta-fakta lainnya dalam buku ini jarang ditemukan dalam buku-buku sejarah Islam Indonesia sehingga cukup menggelitik untuk ditelaah lebih jauh. Namun, referensi yang dipakai sang penulis dalam menggunakan argumentasinya memaksa kita untuk berpikir dua kali untuk membantahnya.

Pembagian pembahasannya yang memakai metode pembabakan waktu sejarah sangat tepat sehingga terjadi ketersinambungan antara satu Bab dengan Bab lainnya. Hal ini juga memudahkan kita sebagai pembaca untuk memahami alur pergerakan sejarah Islam di Indonesia


Kekurangan
Buku terbitan Salamadani ini bisa dikatakan sebuah buku yang sempurna hanya saja, patut disayangkan, buku ilmiah ini sedikit “ternoda” oleh ambisi sang penulis sendiri yang kentara sekali ingin memunculkan istilah ulama dan santri. Kesan yang saya tangkap bahwa yang dimaksud kaum muslim dalam perjuangan pada zaman pra dan pasca kemerdekaan hanyalah ulama dan santri. Tentu, hal itu mengecilkan kaum muslim sendiri yang notabene-nya banyak kaum muslim yang berada di luar dua kelompok itu. Mestinya, dijelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud `ulama’ dan `santri’ itu?

Selain itu, beberapa hal juga sedikit mengganggu dalam membaca buku ini, seperti di halaman 100 paragraf kedua, mestinya di situ ditulis `sunni’ bukan `ahlush shunnah wal jama’aah’, karena dikontraskan dengan `syi’ah’. Dalam hal penulisan juga masih banyak ditemukan kesalahan, seperti `wirauswasta’ yang mungkin dimaksud adalah `wiraswasta’.  Hal ini termasuk dalam judul. Jika di cover depannya tertulis judul kecilnya Buku yang akan Mengubah Drastis Pandangan Anda Tentang Sejarah Indonesia.


Kesimpulan
Banyaklah ya fakta-fakta yang diungkapkan oleh Ahmad Mansyur yang ternyata jauh sekali dibandingkan Pelajaran Sejarah yang kita dapat di SMP dan SMA. Hal ini karena terjadinya Deislamisasi yang memang sengaja dilakukan oleh oknum-oknum Belanda. Yang tujuanya tentu saja untuk membutakan kita dari sejarah kita. Sejarah itu tidak seutuhnya bisa kita ketahui dengan pasti, banyak orang yang menuliskan sejarah dengan versi yang berbeda-beda. Selama tidak ada saksi yang real seperti rekaman videonya yang bisa kita liat dengan mata dan kita dengar dengan telinga boleh-boleh saja kita tidak mempercayai sejarah itu.

Buku ini layak diapresiasi sekaligus diuji fakta-fakta yang disajikan. Tentunya bukan mencari siapa yang benar dan salah. Lebih penting adalah meletakan fakta-fakta sejarah secara proporsional agar api semangat dan cita-cita luhur para pahlawan terus dilanjutkan untuk kejayaan Indonesia. Oleh karena itu akan sangat rugi bagi anda yang tidak mencoba untuk membaca buku ini.


Biodata Peresensi
Seorang anak yang dilahirkan pada 19 Mei 1990 di sebuah Desa terpencil yang bernama Latong.Seorang mahasiswa S1 (Strata-1) di Jurusan Sejarah & Kebudayaan Islam Fakultas Adab di IAIN Ar-Raniry  Banda Aceh ini bernama  Zulfitra A.J., akan tetapi oleh teman-temannyasering disapa akrab dengan nama Fitra. Laki-laki lulusan SMA Negeri 1 Seunagan ini berasal dari Desa Kuta Paya Kec. Seunagan Kab. Nagan Raya.


SINOPSIS API SEJARAH 2
“Di dalam sejarah terdapat mauidhah-pelajaran dan haq-kebenaran, rahmat, dan huda-petunjuk bagi orang-orang yang mengerti dan beriman (QS 12: 111)

Sergapan mendadak Laskar Pencak Silat yang disertai kumandang suara Takbir Allahu Akbar berhasil meruntuhkan moril Tentara Sekotoe Inggris, Goerkha dan NICA. Termasuk kisah Kiai Abbas dari Pesantren Butet Cirebon yang melakukan perlawanan di Surabaya dengan cara yang sulit dilogikakan. Beliau mampu meruntuhkan pesawat terbang sekoetoe hanya dengan mengarahkan tongkatnya ke arah pesawat terbang.

Dalam berita Kedaulatan Rakyat yang bersumber dari Tentara Sekotoe Inggris bahwa sejak terjadinya pertempuran Surabaya sampai dengan 17-12-1945, Tentara Sekoetoe menderita kerugian tujuh buah pesawat Thunderbolt tertembak jatuh oleh serangan penangkis udara dari pihak Indonesia. Dijelaskan lebih lanjut bahwa pihak Indonesia memiliki kecakapan menembak pesawat sama dengan tentara Jerman. Apakah pesawat yang terjatuh ini akibat dari doa Kiai Abbas? (Api Sejarah 2, halaman 215-216)

Pernah dinyatakan hilang karena draft naskahnya dicuri saat seminar di gedung 45 Kota Sukabumi membuat buku ini pernah terancam nyaris tidak terbit. Namun berkat kegigihan tim penerbit Salamadani, buku ini akhirnya bisa terbit bahkan mengalami penambahan berupa berbagai isu baru yang sedang berkembang. Hal ini membuktikan betapa berharganya nilai sejarah yang diungkapkan dalam buku ini sehingga ada pihak-pihak tertentu yang berusaha menghalangi penerbitannya.

Sebagai”buku serial”, Api Sejarah 2 melanjutkan kupasan sejarah di Indonesia yang telah dituliskan dalam Api Sejarah 1. Jika dalam Api Sejarah 1 kita akan merasakan perubahan sudut pandang secara drastis terhadap Sejarah Indonesia, maka di sekuel keduanya ini rasa kepenasaran kita terhadap kebenaran sejarah indonesia akan tuntas, terutama dalam era pasca 1942 hingga orde reformasi.

Buku ini terbagi menjadi 5 bab yang merupakan kelanjutan dari bab pada Api Sejarah 1. Dimulai dari “Peran Ulama Dalam Pembangunan Organisasi Militer Modern”, dilanjutkan dengan “Peran Ulama Dalam Gerakan Protes Sosial dan Pemberontakan Tentara Pembela Tanah Air”. Dua bab awal ini lebih menonjolkan peran ulama pada masa penjajahan Jepang. Pada bab berikutnya, penulis menyajikan kupasan mengenai “Peran Ulama dalam Menegakkan dan Mempertahankan Proklamasi” yang dilanjutkan dengan “Peran Ulama Menegakkan dan Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia”, dua bab ini menjelaskan tentang pasang surut peran ulama dalam masa revolusi Indonesia dan masa orde lama yang perlahan mulai dikengkang oleh pejabat penting Indonesia. Serta bab “Langkah penyesuaian Ulama dan Santri di Orde Baru dan reformasi” menutup kisah kebenaran sejarah Indonesia yang ditulis pada buku ini.

Sesuai dengan judul buku ini, Api Sejarah 2 ini berhasil memberi sebuah cahaya ditengah kegelapan akan kebenaran sejarah Indonesia yang begitu terasa meragukan dan janggal. Melalui buku ini kita akan tahu begitu penting dan sentralnya peran ulama dan santri dalam penegakkan NKRI sejak awal kedatangan kaum imperialis diawal abad 16 hingga memasuki era modern sekarang ini yang sangat jarang ditampilkan kepublik. Melalui buku ini pula, Ahmad Mansyur Suryanegara membongkar upaya deislamisasi dan depolitisasi ulama penulisan sejarah Indonesia yang sudah berlangsung lama.

Jika ketika melihat buku-buku sejarah pada umumnya, terdapat pembatasan antara rangkaian peristiwa, tokoh dan gagasan yang melatarbelakangi peristiwa dan tokoh sejarah tersebut. Pada pembelajaran sejarah tingkat awal biasanya melakukan pendekatan melalui pengenalan peristiwa-peristiwa sejarah lalu pada tingkat lanjut kita mempelajari sejarah melalui pendekatan gagasan-gagasan yang tercipta dalam sejarah. Namun Api Sejarah ini dengan berani menyajikan ketiga hal tersebut sekaligus dan langsung menuntaskan semua pertanyaan mengenai sejarah-sejarah Indonesia yang terlupakan ini secara gamblang disertai dengan bukti pendukungnya.

Buku ini cukup merepotkan bagi yang belum terbiasa membaca tulisan sejarah yang menampilkan kerumitan antara peristiwa, tokoh dan gagasan. Untuk memahami setiap peristiwa dalam buku ini kita perlu membolak-balik halaman hingga maju mundur dalam membacanya. Selain itu dengan tema yang berloncat-loncat, peristiwa yang dikupas secara singkat, dan penyelipan foto tokoh-tokoh sejarah dengan penjelasan singkat ini masih menimbulkan rasa penasaran bagi para pembacanya. Namun jika dilihat dari ruang lingkup bahasan sejarah pada buku ini yang terbatas pada peran Ulama dalam menegakkan dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik indonesia, maka rasa penasaran tersebut benar-benar sudah terjawab di buku ini.

Secara umum, buku ini benar-benar layak untuk dibaca oleh semua pecinta sejarah Bangsa ini. Bahasa yang ditampilkan secara lugas, cerdas, dan berkualitas telah menyajikan sejarah Islam Indonesia sebagai sesuatu yang patut diingat dan dihargai. Menjadi sebuah api yang menjadi pelita ummat Islam untuk selalu berusaha menorehkan sejarah terbaiknya selama hidupnya di dunia ini.

Ulama dan Santri, walaupun demikian akbar mahakaryanya tetapi tetap tidak sunyi dari adanya lawan. Dengan Deislamisasi penulisan sejarah Indonesia, mereka akan mengubah pikiran bangsa dan memadamkan cahaya Islam. Berhasilkah usaha lawan Islam? Allah dalam Al-Quran menjawab, justru lebih menyempurnakan jalan dan hukum syariat Islam. (Api Sejarah 2, halaman viii)


Related Posts:

0 Response to "Buku Api Sejarah (Ahmad Mansur Suryanegara)"

Posting Komentar