Belajar Sejarah itu Mencerdaskan


HQ : BELAJAR SEJARAH ITU MENCERDASKAN
Secara sederhana, kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar tentang, belajar dari, memahami, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kemampuan umum ini terdiri dari sejumlah kemampuan khusus, yang meliputi kemampuan khusus ini adalah: (1) Adaptasi ke lingkungan baru atau perubahan dalam lingkungan saat ini (2) Kapasitas pengetahuan dan kemampuan untuk memperolehnya (3) Alasan dan kemampuan untuk berpikir abstrak (4) Kemampuan untuk memahami hubungan (5) Kemampuan untuk mengevaluasi dan menilai (6) Kemampuan untuk berpikir produkti. (ref)

Menurut Wikipedia, Intelligence is an umbrella term describing a property of the mind comprehending related abilities, such as the capacities for abstract thought , reasoning , planning , problem solving , speech , and learning . Kecerdasan atau Intelijen adalah sebuah istilah yang menggambarkan milik pikiran yang terkait memahami kemampuan, seperti kemampuan untuk berpikir abstrak, penalaran, perencanaan, pemecahan masalah, pidato, dan belajar.

Perilaku cerdas dapat ditandai dengan: (a) Belajar atau mengerti dari pengalaman, (b) Memecahkan hal yang bersifat mendua atau kontradiktif,  (c) Merespon situasi baru dengan cepat (fleksibel),  (d) Menggunakan alasan untuk memecahkan problem secara efektif, (e) Berurusan dengan situasi yang membingungkan,  (f) Memahami dengan cara biasa/rasional,  (g) Menerapkan pengetahuan untuk memanipulasi lingkungan, (h) Mengenali elemen penting pada suatu situasi.

John Dewey mengatakan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang kita miliki dan tak berubah selamanya, melainkan kecerdasan adalah suatu proses pembentukan yang berkesinambungan, dan untuk mempertahankannya diperlukan semacam kewaspadaan untuk mengamati kejadian-kejadian, keterbukaan untuk belajar, dan keberanian untuk menyesuaikan diri.

Jadi untuk meningkatkan kecerdasan, kita perlu menambah pengetahuan dan berlatih memproses pengetahuan itu lewat kegiatan kreatif, kegiatan menalar, dan kegiatan mengevaluasi atau menilai.


Type Kecerdasan Manusia
Manusia telah dianugerahi empat macam type kecerdasan, yaitu : (1) Kecerdasan Fisik atau Tubuh (Physical Intelligence atau Physical Quotient PQ), (2) Kecerdasan Mental atau Intelektual (Inteliligence Quotient IQ), (3) Kecerdasan Emosional (Emosional Quotient EQ) , dan (4) Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient SQ). (ref)

(1) Kecerdasan Fisik (PQ) adalah kecerdasan yang dimiliki oleh tubuh kita. Kita sering tidak memperhitungkannya. Coba renungkan : Tanpa adanya perintah dari kita tubuh kita menjalankan sistem pernafasan, sistem peredaran darah, sistem syaraf dan sistem-sistem vital lainnya.

Tubuh kita terus menerus memantau lingkungannya, menghancurkan sel pembawa penyakit, mengganti sel yang rusak dan melawan unsur-unsur yang mengganggu kelangsungan hidup. Seluruh proses itu berjalan di luar kesadaran kita dan berlangsung setiap saat dalam hidup kita. Ada kecerdasan yang menjalankan semuanya itu dan sebagian besar berlangsung di luar kesadaran kita.

(2) IQ adalah kemampuan nalar, atau pikiran orang sering menyebutnya dengan kemampuan Otak Kiri. Yaitu kemampuan kita untuk mengetahui, memahami, menganalisis, menentukan sebab akibat, berpikir abstrak, berbahasa, memvisualkan sesuatu.

(3) EQ adalah pengetahuan mengenai diri sendiri, kesadaran diri, kepekaan sosial, empati dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. Kecerdasan Emosi adalah kepekaan mengenai waktu yang tepat, kepatutan secara sosial, dan keberanian untuk mengakui kelemahan, menyatakan dan menghormati perbedaan. EQ digambarkan sebagai kemampuan otak kanan dan dianggap lebih kreatif, tempat intuisi, pengindraan, dan bersifat holistik atau menyeluruh

Penggabungan pemikiran (otak kiri) dan perasaan (otak kanan) akan menciptakan keseimbangan, penilaian dan kebijaksanaan yang lebih baik. Dalam jangka panjang, kecerdasan emosional akan merupakan penentu keberhasilan dalam berkomunkasi, relasi dan dalam kepemimpinan dibandingkan dengan kecerdasan intelektual (nalar).

(4) Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan pusat dan paling mendasar di antara kecerdasan lainnya, karena dia menjadi sumber bimbingan atau pengarahan bagi tiga kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan kita akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas.

Kecerdasan Spiritual juga membantu kita untuk mencerna dan memahami prinsip-prinsip sejati yang merupakan bagian dari nurani kita, yang dapat dilambangkan sebagai kompas. Kompas merupakan gambaran fisik yang bagus sekali bagi prinsip, karena dia selalu menunjuk ke arah utara.

Macam-macam Kecerdasan Manusia
Manusia memiliki kecerdasan yang dapat dibedakan menjadi 8. Dalam istilah yang lebih populer, kedelapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia itu adalah :

(1) . Kecerdasan Linguistik : Word Smart,
(2) . Kecerdasan Logis- Matematis : Number Smart,
(3) . Kecerdasan Spasial : Picture Smart,
(4). Kecerdasan Kinestetik- Jasmani : Body Smart,
(5) . Kecerdasan Musikal: Music Smart,
(6). Kecerdasan Antar Pribadi: People Smart,
(7). Kecerdasan Intra Pribadi: Self Smart,
(8) . Kecerdasan Naturalis: Nature Smart. (lihat)

History Quotient ; Metode Meningkatkan Kecerdasan Dengan Sejarah

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (Qs. Hud : 120)

Fungsi sejarah bagi orang-orang beriman adalah peneguh hati, pengajaran, peringatan dan sumber kebenaran. Dalam ayat yang lain, bahwa kisah-kisah atau sejarah bagi “Ulil Albab/ Manusia Cerdas” adalah sebagai Ibroh atau Pengajaran.

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran  (Ibroh) bagi orang-orang yang mempunyai akal (Ulil Albab). Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Qs. Yusuf : 111)

Ulil Albab adalah “Manusia Cerdas” Versi Allah yang memiliki Karakteristik diantarnya : (1). Memiliki ilmu dan hikmah Qs. 3:7, 2:269, (2) . Kritis dan teguh pendirian Qs. 29:18, 2:179, 5:100,  (3) . Progresif dalam berdakwah Qs. 13:19-22 ,  (4). Hanya takut pada Allah Qs. 2:197, 65:10 , dan (5) .Tekun beribadah Qs. 39:9.

Kecerdasan dari “manusia cerdas” versi Allah ini diperoleh karena telah menjadikan kisah-kisah dan peristiwa  sejarah sebagai “I B R O H“.

‘Ibroh berasal dari kata ‘abara ar-ru’ya yang berarti menafsirkan mimpi dan memberitahukan implikasinya bagi kehidupan si pemimpi, atau ‘keadaan setelah kematiannya’ dan ‘abara al-wadi berarti ‘melintasi lembah dari ujung satu ke ujung lain yang berlawanan’.

Ar-Ragib berkata asal makna kata al-‘ibroh adalah ‘melintasi suatu keadaan ke keadaan lain’ dan kata ‘ubur’ dikhususkan untuk makna ‘melintas di atas air’. Dalam penafsiran Surat Yusuf, Muhammad Rasyid Ridha mengatakan al-i’tibar wal ‘ibrah berarti ‘keadaan yang mengantarkan dari suatu pengetahuan yang terlihat menuju sesuatu yang tidak terlihat’ atau jelasnya berarti ‘merenung dan berpikir’.

Dengan demikian, ‘ibrah dan i’tibar itu merupakan kondisi psikologis yang mengantarkan manusia menuju pengetahuan yang dimaksud dan dirujuk oleh suatu perkara yang dilihat, diselidiki, ditimbang-timbang, diukur dan ditetapkan oleh manusia menurut pertimbangan akalnya sehingga dia sampai pada suatu kesimpulan yang dapat mengkusyukkan kalbunya sehingga kekusyuan itu mendorongnya untuk berperilaku logis dan sesuai dengan kondisi masyarakat.

‘Ibroh yang terdapat dalam Alquran mengandung dampak edukatif yang sangat besar, yaitu mengantarkan penyimaknya pada kepuasan berpikir mengenai persoalan akidah.  Kepuasan edukatif tersebut dapat menggerakkan kalbu, mengembangkan perasaan ketuhanan serta menanamkan, mengokohkan, dan mengembangkan akidah tauhid, ketundukan kepada syariat Allah, atau ketundukan pada berbagai perintah-Nya.

Model-model i’tibar atau pengajaran dalam Alquran dan sunah yang suci berbeda-beda selaras dengan beragamnya topik ‘ibrah. Pertama, ibroh melalui kisah. Setiap kisah Qurani atau nabawi memiliki tujuan pendidikan ketuhanan. ‘Ibroh melalui kisah hanya dapat dicapai melalui orang yang berpikir sadar dan orang yang hawa nafsunya tidak mengalahkan akal dan fitrah. Artinya, dia mampu menarik kesimpulan dari kisah tersebut.

Sehubungan dengan itu, Allah SWT berfirman setelah menuturkan kisah Yusuf,

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukan cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf [12]: 111)

Kedua, mengambil pelajaran dari nikmat dan makhluk Allah. Berbagai nikmat dan makhluk Allah yang telah disediakan bagi manusia dapat menjadi ‘ibroh bagi manusia sebagaimana firman Allah,

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً ۖ نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ
وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالْأَعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
”Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa yang terdapat dari perutnya (berupa) susu yang bersih antara tinja dan darah yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.” (QS An-Nahl [16]: 66-67).

Karena ‘ibroh didasarkan atas pemikiran yang dalam dan pengamatan yang cermat, kita dapat mengetahui hikmah ketuhanan melalui isyarat dari beberapa perkara yang mengajak kepada perenungan. Seperti misalnya, berbagai keajaiban yang telah diciptakan dan dianugerahkan Allah kepada kita.

Ketiga, mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa bersejarah. Alquran telah mengisyaratkan beberapa peristiwa sejarah yang menonjol dan memiliki kaitan dengan peristiwa sesudahnya. Banyak ayat-ayat Alquran yang menyebut berbagai fakta sejarah agar umat menarik pelajaran darinya. dam/dari berbagai bahan pustaka.


Related Posts:

0 Response to "Belajar Sejarah itu Mencerdaskan"

Posting Komentar