Periodisasi Sejarah Islam di Indonesia
SEBUAH PENELUSURAN GAGASAN
“Penting membuat periodisasi Sejarah Islam Indonesia secara beragam dan mandiri, berusaha keluar dari periodisasi kolonialitas dan berdasar politik belaka, atau juga mengikuti periodisasi kekhalifahan hingga Turki Utsmani misalnya. Namun ia harus mencoba mencari alternatif lain, misalnya berdasar dinamika sejarah pemikiran umat Islam Indonesia, produk kesenian dan budayanya, sosial dan ekonominya. Sehingga dalam membaca sejarah Islam Indonesia tidak lagi ditemukan ketidaksejajaran seperti yang selama ini ada (meloncat dari periodik menuju tematik): “Sejarah Islam Indonesia Abad sekian hingga sekian” dengan keragaman realitasnya (lokal dan jaringan global), selanjutnya tiba-tiba masuk ke “Sejarah Islam Indonesia Pada Masa Belanda dan Jepang” dengan realitas tunggalnya, kolonialisme. Historografi Islam Indonesia selanjutnya menjadi Historiografi Islam (Indonesia di bawah kekuasaan Kolonial), atau Historiografi Islam yang “disubjugasikan” di bawah (historiografi) Indonesia kolonial atau historiografi kekhalifahan Arab. Agar dapat keluar dari pensubjugasian sekaligus mencari sejarah yang mandiri, melihat dinamika internalnya adalah salah satu alternatif yang bisa dilakukan”. ini tulisan lepas dari mas ahmad. Tulisan ini bersifat tawaran. Maka mari memikirkannya.… menarik untuk dipikirkan.. (tapi susah juga untuk di tuliskan).
Periodisasi dalam sejarah adalah tingkat perkembangan masa dalam sejarah atau pembabakan masa dalam sejarah yang dapat di bagi atas beberapa babak,zaman,masa,atau periode. Pembabakan dilakukan karena rentang waktu atau masa sejak manusia ada hingga sekarang merupakan rentang yang sangat panjang sehingga para ahli atau sejarawan mengalami kesulitan untuk memahami maupun membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan manusia, dan untuk mempermudanya para ahli menyusun suatu priodisasi sejarah atau pembabakan masa sejarah dengan menyajikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam setiap periode itu secara urut dan sistematis dari awal sampai akhir.
Apa tujuan periodisasi ?
Para sejarawan mengadakan periodisasi atau pembabakan dengan tujuan diantaranya; (1) Memudahkan pengertian bagi sejarawan, peminat, pembaca, dan pemerhati sejarah pada umumnya. (2) Memudahkan klasifikasidalam ilmu sejarah. (3) Menyederhanakan banyaknya peristiwa sejarah yang beraneka ragam sehingga mudah di pahami. (5) Memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan.
Periodisasi yang meskipun hanya sebagai produk pemikiran sejarawan, tidaklah diputuskan secara semena-mena. Periodisasi adalah hasil pemikiran komparatif antara satu periode dengan periode lainnya setelah sejarawan melihat ciri khas suatu kurun sejarah.
Dalam buku “Merekonstruksikan Sejarah Indonesia ” yang ditulis oleh Jean Gelman Taylor, menurut dia, kebanyakan periodisasi sejarah Indonesia oleh akademisi berlatar belakang Barat dipilah secara gampang dalam tiga bagian (masa prakolonial, kolonial, dan masa sesudah kemerdekaan). Periode Hindu Buddha yang panjang hanya dimasukkan dalam “masa prakolonial”. Karya monumental MC Ricklefs, A History of Modern Indonesia since ca1300 (2001), dikritiknya telah dengan terburu-buru menempatkan Indonesia pada posisi sebagai negeri Muslim terbesar di dunia pada abad ke-14. Adapun sejarawan India, Dar Desai, dikritiknya karena alpa menyertakan diskusi monarki kesultanan Islam di Indonesia, yang hakikatnya adalah format awal sistem pemerintahan pemersatu masyarakat Islam di Indonesia.
Buku sejarah versi pemerintah (Sejarah Nasional Indonesia), karena alasan politis untuk mendidik orang Indonesia agar menjadi warga negara yang baik bersikap patriotisme tinggi, dianggap sangat otoritatif, menggampangkan penjelasan kompleksitas Indonesia dengan pengucilan peran sejarah regional. Kolonialisme Belanda dianggap sebagai perekat nasionalisme Indonesia dan resistensinya diidentikkan dengan Islam. Kentalnya perspektif Jawa juga dikritiknya karena dikontraskan dengan Jawa sebagai tempat peradaban tinggi (ada keraton, kesenian, estetika tinggi, nilai harmoni dan toleransi hidup), daerah luar Jawa dipresentasikan sebagai “kurang beradab”, atau tempatnya suku-suku terasing, bahkan perompak! Dan, pemerintah Kolonial Belanda-lah yang berjasa sebagai perekat utama pelebur daerah luar Jawa ke dalam konteks Indonesia.
Kisah sejarah Indonesia yang sangat dikuasai oleh dominasi diskursus historiografi Barat itu, menurut dia, haruslah dilawan dengan upaya merekonstruksikan secara lebih otonom, diletakkan secara berdampingan, paralel dan tidak terpisah dari sejarah Barat, karena di poin-poin tertentu mereka saling bersinggungan. Sulitnya, karena dominasi Eropa, suara orang Indonesia sebelum abad ke-18 sangat langka. Terminologi “Indonesia” itu sendiri baru muncul akhir abad ke-19, itu pun konsep seorang geografer Eropa. Sejarah Indonesia dengan pendekatan baru berdasar rekaman suara-suara dari semua lapisan orang Indonesia harus dan bisa ditulis, terutama untuk suara rakyat biasa, perempuan, minoritas bahkan anak. Dapat ditemukan dalam rekaman prasasti batu, tembaga, manuskrip lontar, epik Jawa, maupun babad, suara mereka itu untuk memperkaya sumber sekunder seperti foto, dan koleksi museum.
Pada umumnya, buku sejarah Indonesia pada abad ke-16 dan ke-17 diberi judul standar sebagai “munculnya dominasi Eropa”. Buku ini menunjukkan bahwa ada proses sejarah penting lainnya, yakni proses pengislaman Indonesia yang telah luput dari perhatian sejarawan Barat.
bersambung….
Sejarawan adalah penulis sejarah. Titik.
(…)Tanggalkan anggapan bahwa hanya mereka
yang bekerja sebagai dosen universitas dan
institusi-instusi ilmiah berhak disebut sejarawan! (Kuntowijoyo)
0 Response to "Periodisasi Sejarah Islam di Indonesia"
Posting Komentar