Nabi Idris 'Alaihi Ssalam
Idris bin Yarid, nama aslinya Akhnukh, nama Ibunya Asyut
Garis Keturunan: Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as
Usia: 345 tahun
Periode sejarah: 4533 - 4188 SM
Tempat diutus (lokasi): Irak Kuno (Babylon, Babilonia) dan Mesir (Memphis)
Tempat wafat Allah mengangkatnya ke langit
Nabi Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu, kemahiran, serta kemampuan untuk menciptakan alat-alat untuk mempermudah pekerjaan manusia, seperti pengenalan tulisan, matematika, astronomi, dan lain sebagainya. Menurut suatu kisah, terdapat suatu masa di mana kebanyakan manusia akan melupakan Allah sehingga Allah menghukum manusia dengan bentuk kemarau yang berkepanjangan. Nabi Idris pun turun tangan dan memohon kepada Allah untuk mengakhiri hukuman tersebut. Allah mengabulkan permohonan itu dan berakhirlah musim kemarau tersebut dengan ditandai turunnya hujan.
Idris dilahirkan di Mesir. Mereka menyebutnya dengan Hirmisal Haramisah, menurut Bahasa Suryani. Idris lahir di kota Manfis (Manaf). Ada yang mengatakan Idris dilahirkan di Babilonia dan Hijrah ke Mesir. Ketika melihat sungai Nil, dia berkata: "Babilonia". yang berarti, sungai seperti sungai kalian, sungai besar, sungai yang penuh berkah. Pada zamannya dibangun 188 kota, yang terkecil diantaranya adalah ar-Ruha.
Nabi Idris berdakwah untuk menegakkan agama Allah, mengajarkan tauhid, dan beribadah menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikutnya supaya selamat dari siksa dunia dan akhirat.
Nabi Idris dinyatakan dalam Al-Quran sebagai manusia pilihan Allah sehingga Dia mengangkatnya ke langit. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahwa Nabi Idris wafat saat beliau sedang berada di langit keempat ditemani oleh seorang malaikat.
Dakwah Nabi Idris
Allah berfirman, "Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam kitab (al-qur'an). Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi," (QS. Maryam [19]:56).
Para sejarawan kuno dan ahli sejarah para nabi mengatakan bahwa beliau adalah Idris bin Burd, ada juga yang berpendapat bin Yarid. Nama aslinya adalah Akhnukh. Latar belakang dinamakan Idris karena beliau sering membaca kitab dan shuhuf Nabi Adam serta Nabi Syits. Ibu beliau bernama Asyut. Beliau adalah orang pertama yang menulis dengan pena, menjahit pakaian, mengenakan pakaian berjahit, serta orang pertama yang mempelajari ilmu perbintangan dalam ilmu hutang.
Allah mengutus beliau kepada anak cucu Qabil dan mengangkatnya ke langit. Dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik disebutkan dari Abu Dzar bahwa Rasulullah pada saat Mi'raj melihat Nabi Idris di langit ke empat. Nabi Idris berkata pada beliau, "Selamat wahai Nabi yang baik dan saudara yang baik pula." Nabi Muhammad lantas bertanya, " Siapakah dia, wahai Jibril?" Jibril menjawab, "Dia adalah Idris."
Disebutkan pula dalam Tarikh ath-Thabariy bahwasanya Burd melahirkan Akhnukh yaitu Idris dan Allah mengangkatnya (Akhnukh) sebagai nabi. Saat itu, Nabi Adam telah berusia 622 tahun dan telah menerima 30 suhuf.
Ada juga sebuah hadits tentang ini. Rasulullah bersabda, "Wahai Abu Dzar, ada empat rasul yang berbangsa Suryani, mereka adalah Adam, Syist, Nuh, dan Akhnukh…" Hingga ada pula yang mengatakan bhwa Nabi Idris diutus Allah pada masanya kepada seluruh penduduk bumi. Selain itu, Allah menghimpun ilmu orang-orang terdahulu padanya.
Di dalam Qashash al-Anbiya disebutkan bahwa para ahli berbeda pendapat mengenai lokasi Nabi Idris dilahirkan dan dibesarkan. Sebagian berpendapat, beliau dilahirkan di Mesir, tepatnya di Manaf (Memphis) dan mereka menamakannya dengan Harmas al-Haramisah. Sebagian ahli yang lain berpendapat bahwa beliau dilahirkan dan dibesarkan di Babylon. Dalam bahasa Suryani "Babil" berarti sungai. Nabi Idris lalu memerintahkan seluruh pengikutnya untuk berpindah ke Mesir.
Pada zaman Nabi Idris, manusia berbicara dengan 72 bahasa. Merekan telah mampu mendesain kota-kota mewah. Kota yang telah dibangun pada waktu itu sebanyak 188 kota. Saat itu bumi dibagi menjadi empat bagian dan setiap bagian tersebut memiliki raja sendiri. Nama-nama raja tersebut adalah Elaus, Zous, Asghalebioos, dan Zous Amon.
Nabi Idris mewarisi ilmu Nabi Syits bin Adam. Setelah beranjak dewasa, Allah mengangkatnya sebagai nabi. Beliaupun melarang orang-orang berbuat kerusakan yang menentang syariat Nabi Adam dan Nabi Syits, tetapi hanya sedikit yang menaatinya. Sebagian besar menentang dakwah beliau. Beliau lalu berniat untuk berpindah ke tempat yang lebih banyak penduduknya dan mau menerima ajakannya yaitu daerah Mesir.
Beliau kemudian memerintahkan seluruh pengikutnya untuk meninggalkan Babylon. Mereka berkata, "Bila kita berpindah, tempat manakah yang serupa dengan tempat kita?"
"Jika kita berpindah karena Allah, kita akan diberi rezeki yang serupa dengan tempat itu." Jawab beliau. Mereka pun berangkat dan sampai di Mesir. Mereka melihat sungai Nil. Nabi Idris pun berhenti di sana dan bertasbih memuji Allah. Di Mesir, beliau berdakwah menyeru umat manusia menuju jalan Allah.
Nabi Idris sangat hati-hati dalam berbicara, pendiam, berwibawa, dan memiliki berbagai petuah serta untaian kata-kata indah dalam nasihatnya, seperti "Janganlah kalian dengki terhadap orang lain yang mendapatkan kemakmuran. Sebab, kenikmatan yang mereka rasakan itu sedikit saja." Ucapan beliau yang lain adalah, "Cinta dunia dan cinta akhirat, keduanya tidak akan berkumpul dalam satu hati, selamanya."
Menjelang wafat, Nabi Idris berwasiat kepada keturunannya agar mereka mengikhlaskan diri beribadah kepada Allah semata. Selain itu, hendaknya mereka selalu berpegang pada kejujuran dan keyakinan di setiap urusan hidup mereka. Beliaupun kemudian diangkat Allah ke langit.
Idris adalah kakek dari ayah Nabi Nuh: Nuh bin Lamak bin Mutawasylah bin Akhnukh. Ada berpendapat, dinamai Idris karena dia banyak dia banyak belajar. Nama sebenarnya adalah Akhnukh. Allah menyifatinya dengan beberapa hal : pertama, dia adalah seorang yang jujur; kedua, dia adalah seorang nabi; ketiga, firman Allah, "Warafa'nahu makanan 'aliyya" 'Kami mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi," (QS. Maryam [19]: 57).
Idris bin Yarid, nama aslinya Akhnukh, nama Ibunya Asyut
Garis Keturunan: Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as
Usia: 345 tahun
Periode sejarah: 4533 - 4188 SM
Tempat diutus (lokasi): Irak Kuno (Babylon, Babilonia) dan Mesir (Memphis)
Tempat wafat Allah mengangkatnya ke langit
Nabi Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu, kemahiran, serta kemampuan untuk menciptakan alat-alat untuk mempermudah pekerjaan manusia, seperti pengenalan tulisan, matematika, astronomi, dan lain sebagainya. Menurut suatu kisah, terdapat suatu masa di mana kebanyakan manusia akan melupakan Allah sehingga Allah menghukum manusia dengan bentuk kemarau yang berkepanjangan. Nabi Idris pun turun tangan dan memohon kepada Allah untuk mengakhiri hukuman tersebut. Allah mengabulkan permohonan itu dan berakhirlah musim kemarau tersebut dengan ditandai turunnya hujan.
Idris dilahirkan di Mesir. Mereka menyebutnya dengan Hirmisal Haramisah, menurut Bahasa Suryani. Idris lahir di kota Manfis (Manaf). Ada yang mengatakan Idris dilahirkan di Babilonia dan Hijrah ke Mesir. Ketika melihat sungai Nil, dia berkata: "Babilonia". yang berarti, sungai seperti sungai kalian, sungai besar, sungai yang penuh berkah. Pada zamannya dibangun 188 kota, yang terkecil diantaranya adalah ar-Ruha.
Nabi Idris berdakwah untuk menegakkan agama Allah, mengajarkan tauhid, dan beribadah menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikutnya supaya selamat dari siksa dunia dan akhirat.
Nabi Idris dinyatakan dalam Al-Quran sebagai manusia pilihan Allah sehingga Dia mengangkatnya ke langit. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahwa Nabi Idris wafat saat beliau sedang berada di langit keempat ditemani oleh seorang malaikat.
Dakwah Nabi Idris
Allah berfirman, "Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam kitab (al-qur'an). Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi," (QS. Maryam [19]:56).
Para sejarawan kuno dan ahli sejarah para nabi mengatakan bahwa beliau adalah Idris bin Burd, ada juga yang berpendapat bin Yarid. Nama aslinya adalah Akhnukh. Latar belakang dinamakan Idris karena beliau sering membaca kitab dan shuhuf Nabi Adam serta Nabi Syits. Ibu beliau bernama Asyut. Beliau adalah orang pertama yang menulis dengan pena, menjahit pakaian, mengenakan pakaian berjahit, serta orang pertama yang mempelajari ilmu perbintangan dalam ilmu hutang.
Allah mengutus beliau kepada anak cucu Qabil dan mengangkatnya ke langit. Dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik disebutkan dari Abu Dzar bahwa Rasulullah pada saat Mi'raj melihat Nabi Idris di langit ke empat. Nabi Idris berkata pada beliau, "Selamat wahai Nabi yang baik dan saudara yang baik pula." Nabi Muhammad lantas bertanya, " Siapakah dia, wahai Jibril?" Jibril menjawab, "Dia adalah Idris."
Disebutkan pula dalam Tarikh ath-Thabariy bahwasanya Burd melahirkan Akhnukh yaitu Idris dan Allah mengangkatnya (Akhnukh) sebagai nabi. Saat itu, Nabi Adam telah berusia 622 tahun dan telah menerima 30 suhuf.
Ada juga sebuah hadits tentang ini. Rasulullah bersabda, "Wahai Abu Dzar, ada empat rasul yang berbangsa Suryani, mereka adalah Adam, Syist, Nuh, dan Akhnukh…" Hingga ada pula yang mengatakan bhwa Nabi Idris diutus Allah pada masanya kepada seluruh penduduk bumi. Selain itu, Allah menghimpun ilmu orang-orang terdahulu padanya.
Di dalam Qashash al-Anbiya disebutkan bahwa para ahli berbeda pendapat mengenai lokasi Nabi Idris dilahirkan dan dibesarkan. Sebagian berpendapat, beliau dilahirkan di Mesir, tepatnya di Manaf (Memphis) dan mereka menamakannya dengan Harmas al-Haramisah. Sebagian ahli yang lain berpendapat bahwa beliau dilahirkan dan dibesarkan di Babylon. Dalam bahasa Suryani "Babil" berarti sungai. Nabi Idris lalu memerintahkan seluruh pengikutnya untuk berpindah ke Mesir.
Pada zaman Nabi Idris, manusia berbicara dengan 72 bahasa. Merekan telah mampu mendesain kota-kota mewah. Kota yang telah dibangun pada waktu itu sebanyak 188 kota. Saat itu bumi dibagi menjadi empat bagian dan setiap bagian tersebut memiliki raja sendiri. Nama-nama raja tersebut adalah Elaus, Zous, Asghalebioos, dan Zous Amon.
Nabi Idris mewarisi ilmu Nabi Syits bin Adam. Setelah beranjak dewasa, Allah mengangkatnya sebagai nabi. Beliaupun melarang orang-orang berbuat kerusakan yang menentang syariat Nabi Adam dan Nabi Syits, tetapi hanya sedikit yang menaatinya. Sebagian besar menentang dakwah beliau. Beliau lalu berniat untuk berpindah ke tempat yang lebih banyak penduduknya dan mau menerima ajakannya yaitu daerah Mesir.
Beliau kemudian memerintahkan seluruh pengikutnya untuk meninggalkan Babylon. Mereka berkata, "Bila kita berpindah, tempat manakah yang serupa dengan tempat kita?"
"Jika kita berpindah karena Allah, kita akan diberi rezeki yang serupa dengan tempat itu." Jawab beliau. Mereka pun berangkat dan sampai di Mesir. Mereka melihat sungai Nil. Nabi Idris pun berhenti di sana dan bertasbih memuji Allah. Di Mesir, beliau berdakwah menyeru umat manusia menuju jalan Allah.
Nabi Idris sangat hati-hati dalam berbicara, pendiam, berwibawa, dan memiliki berbagai petuah serta untaian kata-kata indah dalam nasihatnya, seperti "Janganlah kalian dengki terhadap orang lain yang mendapatkan kemakmuran. Sebab, kenikmatan yang mereka rasakan itu sedikit saja." Ucapan beliau yang lain adalah, "Cinta dunia dan cinta akhirat, keduanya tidak akan berkumpul dalam satu hati, selamanya."
Menjelang wafat, Nabi Idris berwasiat kepada keturunannya agar mereka mengikhlaskan diri beribadah kepada Allah semata. Selain itu, hendaknya mereka selalu berpegang pada kejujuran dan keyakinan di setiap urusan hidup mereka. Beliaupun kemudian diangkat Allah ke langit.
Idris adalah kakek dari ayah Nabi Nuh: Nuh bin Lamak bin Mutawasylah bin Akhnukh. Ada berpendapat, dinamai Idris karena dia banyak dia banyak belajar. Nama sebenarnya adalah Akhnukh. Allah menyifatinya dengan beberapa hal : pertama, dia adalah seorang yang jujur; kedua, dia adalah seorang nabi; ketiga, firman Allah, "Warafa'nahu makanan 'aliyya" 'Kami mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi," (QS. Maryam [19]: 57).
Ada dua pendapat mengenai penafsiran firman Allah tersebut.
Pertama, bahwa Nabi Idris mendapatkan
Pertama, bahwa Nabi Idris mendapatkan
"kedudukan" yang tinggi, seperti firman-Nya kepada Rasulullah, "kami tinggikan sebutan (nama)mu," (QS. Al-Insyirah [94]: 4).
Allah memuliakan Idris dengan kenabian dan menurunkan tiga puluh shuhuf kepadanya. Tidak hanya itu, Nabi Idris adalah nabi pertama yang menulis dengan pena; mempelajari ilmu perbintangan, ilmu hitung (aritmetika); orang pertama yang menjahit dan memakai baju darik kain. Sebab, para pendahulunya tidak mengenakan pakaian dari kain, tetapi dari kulit.
Kedua, maksud dari kata "tinggi" dalam ayat tersebut adalah " tempat" yang sangat tinggi. Demikianlah argument yang lebih kuat. Sebab, ketinggian yang disandingkan dengan tempat berarti ketinggian tempat, bukan tingginya derajat. Kemudian, para ulama berbeda pendapat mengenai hal ini.
Sebagian mereka berpendapat bahwa Allah mengangkat Nabi Idris ke langit atau ke surga. Dengan begitu, dia dalam kondisi hidup, tidak mati. Sementara itu yang lain berpendapat,
Kedua, maksud dari kata "tinggi" dalam ayat tersebut adalah " tempat" yang sangat tinggi. Demikianlah argument yang lebih kuat. Sebab, ketinggian yang disandingkan dengan tempat berarti ketinggian tempat, bukan tingginya derajat. Kemudian, para ulama berbeda pendapat mengenai hal ini.
Sebagian mereka berpendapat bahwa Allah mengangkat Nabi Idris ke langit atau ke surga. Dengan begitu, dia dalam kondisi hidup, tidak mati. Sementara itu yang lain berpendapat,
"Allah mengangkatnya ke langit dan melepaskan ruhnya. Kemudian Ibnu Abbas bertanya kepada Ka'ab mengenai firman Allah, "Kami mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi," (QS. Maryam [19]: 57).
Menurut Ka'ab, malaikat pencabut nyawa mendatangi Nabi Idris. Nabi Idris pun mengajaknya bicara sampai malaikat menunda pencabutan nyawanya. Lantas malaikat itu membawanya ke langit dengan kedua sayapnya. Sesampainya di langit ke empat, malaikat itu berkata, "Aku sebenarnya diutus mencabut nyawamu di langit ke empat. Mendapat perintah demikian itu, aku pun bertanya, 'Bagaimana caranya, sedangkan dia ada di bumi?!'" Ketika Idris menoleh, malaikat maut menatapnya kemudian mencabut nyawanya di tempat itu.
Ketahuilah, Allah memuji Idris dengan menaikannya ke langit. Sebab biasanya, yang diangkat ke langit hanya mereka yang memiliki dan kedudukan yang tinggi. Karena itu, Allah berfirman mengenai para malaikat, "Malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembahnya," (QS. Al-Anbiya' [21]: 19),
Menurut Ka'ab, malaikat pencabut nyawa mendatangi Nabi Idris. Nabi Idris pun mengajaknya bicara sampai malaikat menunda pencabutan nyawanya. Lantas malaikat itu membawanya ke langit dengan kedua sayapnya. Sesampainya di langit ke empat, malaikat itu berkata, "Aku sebenarnya diutus mencabut nyawamu di langit ke empat. Mendapat perintah demikian itu, aku pun bertanya, 'Bagaimana caranya, sedangkan dia ada di bumi?!'" Ketika Idris menoleh, malaikat maut menatapnya kemudian mencabut nyawanya di tempat itu.
Ketahuilah, Allah memuji Idris dengan menaikannya ke langit. Sebab biasanya, yang diangkat ke langit hanya mereka yang memiliki dan kedudukan yang tinggi. Karena itu, Allah berfirman mengenai para malaikat, "Malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembahnya," (QS. Al-Anbiya' [21]: 19),
Idris di dalam Al-Qur'an
Di dalam Al-Quran, nama Idris as disebutkan 2 kali, yaitu :
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (QS. Maryam [19]:56,57)
Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh. (QS. al-Anbiyaa' [21]:85,86)
Idris dalam Hadits
Dalam sebuah hadits, Idris disebutkan sebagai salah seorang dari nabi-nabi pertama yang berbicara dengan Muhammad dalam salah satu surga selama Mi'raj.
Diriwayatkan dari Abbas bin Malik: ... Gerbang telah terbuka, dan ketika aku pergi ke surga keempat, disana aku melihat Idris. Jibril berkata (kepadaku). 'Ini adalah Idris; berilah dia salammu.' Maka aku mengucapkan salam kepadanya dan ia mengucapkan salam kepadaku dan berkata. 'Selamat datang saudaraku yang alim dan nabi yang saleh.; ... (Sahih Bukhari 5:58:227)
Idris dipercayai sebagai seorang penjahit berdasarkan hadits ini:
Ibnu Abbas berkata, "Daud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang penjahit dan Musa adalah penggembala." (dari al-Hakim).
Nasihat dan Ajaran Idris
Kepada Nabi Idris dinisbatkan beberapa hikmah (kata-kata bijak) berikut ini.
1. Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya, seseorang dikatakan tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehnya itu.
2. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah (akan) membawa kemenangan.
3. Orang yang bahagia adalah orang yang waspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal salehnya.
4. Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa, maka ikhlaskanlah niatmu. Demikian pula (untuk) puasa dan shalatmu.
5. Janganlah bersumpah palsu dan janganlah menutup-nutupi sumpah palsu supaya kamu tidak ikut berdosa.
6. Taatlah kepada rajamu dan tunduklah kepada pembesarmu serta penuhilah selalu mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.
7. Janganlah iri hati kepada orang-orang yang nasibnya baik, karena kesenangan yang mereka peroleh sebenarnya sangat sedikit.
8. Barangsiapa tidak merasa cukup, maka tidak ada sesuatu pun yang membuatnya puas.
Nabi Idris Kedatangan Tamu
Nama Nabi Idris as. yang sebenarnya adalah ‘Akhnukh’. Sebab beliau dinamakan Idris, kerana beliau banyak membaca, mempelajari (tadarrus) kitab Allah SWT.
Setiap hari Nabi Idris menjahit qamis (baju kemeja), setiap kali beliau memasukkan jarum untuk menjahit pakaiannya, beliau mengucapkan tasbih. Jika pekerjaannya sudah selesai, kemudian pakaian itu diserahkannya kepada orang yang menempahnya dengan tanpa meminta upah. Walaupun demikian, Nabi Idris masih sanggup beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga Malaikat Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau.
Kemudian Malaikat Maut bermohon kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui Nabi Idris as. Setelah memberi salam, Malaikat pun duduk.
Nabi Idris as. mempunyai kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Apabila waktu berbuka telah tiba, maka datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan Nabi Idris, lalu beliau menikmati makanan tersebut.
Kemudian baginda beribadah sepanjang malam. Pada suatu malam Malaikat Maut datang menemuinya, sambil membawa makanan dari Syurga. Nabi Idris menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai tuan, marilah kita nikmati makanan ini bersama-sama.” Tetapi Malaikat itu menolaknya.
Nabi Idris terus melanjutkan ibadahnya, sedangkan Malaikat Maut itu dengan setia menunggu sampai terbit matahari. Nabi Idris merasa hairan melihat sikap Malaikat itu.
Kemudian beliau berkata: “Wahai tuan, mahukah tuan bersiar-siar bersama saya untuk melihat keindahan alam persekitaran? Malaikat Maut menjawab: Baiklah Wahai Nabi Allah Idris.”
Maka berjalanlah keduanya melihat alam persekitaran dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun, maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris as.: “Wahai Idris, adakah tuan izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan? Nabi Idris pun menjawab: Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mahu memakan makanan yang halal, sedangkan sekarang tuan mahu memakan yang haram?”
Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris atas permintaannya.
Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris meneruskan perjalanan mereka. Tidak terasa oleh mereka bahawa mereka telah bersiar-siar selama empat hari. Selama mereka bersahabat, Nabi Idris menemui beberapa keanehan pada diri temannya itu. Segala tindak-tanduknya berbeza dengan sifat-sifat manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris tidak dapat menahan hasrat ingin tahunya itu.
Kemudian beliau bertanya: “Wahai tuan, bolehkah saya tahu, siapakah tuan yang sebenarnya? Saya adalah Malaikat Maut.”
“Tuankah yang bertugas mencabut semua nyawa makhluk?” “Benar ya Idris.”
“Sedangkan tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga telah mencabut nyawa-nyawa makhluk?”
“Wahai Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka bagaikan seseorang sedang menyuap-nyuap makanan.”
“Wahai Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah atau untuk mencabut nyawaku?”
“Saya datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku itu.”
“Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu, iaitu agar tuan mencabut nyawaku, kemudian tuan mohonkan kepada Allah agar Allah menghidupkan saya kembali, supaya aku dapat menyembah Allah Setelah aku merasakan dahsyatnya sakaratul maut itu.”
Malaikat Maut pun menjawab: “Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan keizinan Allah.”
Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa Idris as. Maka dicabutnyalah nyawa Idris saat itu juga. Maka Nabi Idris pun merasakan kematian ketika itu.
Di waktu Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris itu, maka menangislah ia. Dengan perasaan hiba dan sedih ia bermohon kepada Allah supaya Allah menghidupkan kembali sahabatnya itu. Allah mengabulkan permohonannya, dan Nabi Idris pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali.
Malaikat Izrail membawa Nabi Idris ke Syurga dan ke Neraka
Kemudian Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya: “Wahai saudaraku, bagaimanakah tuan merasakan kesakitan maut itu? Bila seekor binatang dilapah kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit daripadanya. Padahal-kelembutan yang saya lakukan terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum pernah saya lakukan terhadap sesiapa pun sebelum tuan. Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan, iaitu saya sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya menyaksikan dahsyatnya api neraka itu. Wahai Idris as. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT.”
Akhirnya Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as. dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa musuh-musuh-Nya. Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, kala, api yang membara, timah yang mendidih, pokok-pokok yang penuh berduri, air panas yang mendidih dan lain-lain.
Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang. Kemudian Nabi Idris as. berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai hajat yang lain, iaitu agar tuan dapat menolong saya membawa masuk ke dalam Syurga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Allah bagi kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi ibadah saya kepada Allah SWT. Saya tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT.” Jawab Malaikat Maut.
Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris masuk ke dalam Syurga.
Kemudian pergilah mereka berdua, sehingga mereka sampai di pintu Syurga dan mereka berhenti di pintu tersebut. Dari situ Nabi Idris dapat melihat pemandangan di dalam Syurga. Nabi Idris dapat melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk para wali-waliNya. Berupa buah-buahan, pokok-pokok yang indah dan sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain.
Kemudian Nabi Idris berkata: “Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka mahukah tuan memohonkan kepada Allah untukku, agar Allah mengizinkan aku memasuki Syurga untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka?”
Maka Malaikat Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian Allah memberi izin kepadanya untuk memasuki Syurga dan kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris pun masuk ke dalam Syurga, beliau meletakkan kasutnya di bawah salah satu pohon Syurga, lalu ia keluar kembali dari Syurga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan kasutku di dalam Syurga.
Malaikat Maut pun berkata: Masuklah ke dalam Syurga, dan ambil kasut tuan.”
Maka masuklah Nabi Idris, namun beliau tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut memanggilnya: “Ya Idris, keluarlah!. Tidak, wahai Malaikat Maut, kerana Allah SWT telah berfirman bermaksud:
“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.”
Sumber :
http://alvinarea.blogspot.co.id/2011/07/sejarah-dan-kisah-25-rasul.html
Di dalam Al-Quran, nama Idris as disebutkan 2 kali, yaitu :
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (QS. Maryam [19]:56,57)
Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh. (QS. al-Anbiyaa' [21]:85,86)
Idris dalam Hadits
Dalam sebuah hadits, Idris disebutkan sebagai salah seorang dari nabi-nabi pertama yang berbicara dengan Muhammad dalam salah satu surga selama Mi'raj.
Diriwayatkan dari Abbas bin Malik: ... Gerbang telah terbuka, dan ketika aku pergi ke surga keempat, disana aku melihat Idris. Jibril berkata (kepadaku). 'Ini adalah Idris; berilah dia salammu.' Maka aku mengucapkan salam kepadanya dan ia mengucapkan salam kepadaku dan berkata. 'Selamat datang saudaraku yang alim dan nabi yang saleh.; ... (Sahih Bukhari 5:58:227)
Idris dipercayai sebagai seorang penjahit berdasarkan hadits ini:
Ibnu Abbas berkata, "Daud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang penjahit dan Musa adalah penggembala." (dari al-Hakim).
Nasihat dan Ajaran Idris
Kepada Nabi Idris dinisbatkan beberapa hikmah (kata-kata bijak) berikut ini.
1. Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya, seseorang dikatakan tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehnya itu.
2. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah (akan) membawa kemenangan.
3. Orang yang bahagia adalah orang yang waspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal salehnya.
4. Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa, maka ikhlaskanlah niatmu. Demikian pula (untuk) puasa dan shalatmu.
5. Janganlah bersumpah palsu dan janganlah menutup-nutupi sumpah palsu supaya kamu tidak ikut berdosa.
6. Taatlah kepada rajamu dan tunduklah kepada pembesarmu serta penuhilah selalu mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.
7. Janganlah iri hati kepada orang-orang yang nasibnya baik, karena kesenangan yang mereka peroleh sebenarnya sangat sedikit.
8. Barangsiapa tidak merasa cukup, maka tidak ada sesuatu pun yang membuatnya puas.
Nabi Idris Kedatangan Tamu
Nama Nabi Idris as. yang sebenarnya adalah ‘Akhnukh’. Sebab beliau dinamakan Idris, kerana beliau banyak membaca, mempelajari (tadarrus) kitab Allah SWT.
Setiap hari Nabi Idris menjahit qamis (baju kemeja), setiap kali beliau memasukkan jarum untuk menjahit pakaiannya, beliau mengucapkan tasbih. Jika pekerjaannya sudah selesai, kemudian pakaian itu diserahkannya kepada orang yang menempahnya dengan tanpa meminta upah. Walaupun demikian, Nabi Idris masih sanggup beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga Malaikat Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau.
Kemudian Malaikat Maut bermohon kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui Nabi Idris as. Setelah memberi salam, Malaikat pun duduk.
Nabi Idris as. mempunyai kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Apabila waktu berbuka telah tiba, maka datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan Nabi Idris, lalu beliau menikmati makanan tersebut.
Kemudian baginda beribadah sepanjang malam. Pada suatu malam Malaikat Maut datang menemuinya, sambil membawa makanan dari Syurga. Nabi Idris menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai tuan, marilah kita nikmati makanan ini bersama-sama.” Tetapi Malaikat itu menolaknya.
Nabi Idris terus melanjutkan ibadahnya, sedangkan Malaikat Maut itu dengan setia menunggu sampai terbit matahari. Nabi Idris merasa hairan melihat sikap Malaikat itu.
Kemudian beliau berkata: “Wahai tuan, mahukah tuan bersiar-siar bersama saya untuk melihat keindahan alam persekitaran? Malaikat Maut menjawab: Baiklah Wahai Nabi Allah Idris.”
Maka berjalanlah keduanya melihat alam persekitaran dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun, maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris as.: “Wahai Idris, adakah tuan izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan? Nabi Idris pun menjawab: Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mahu memakan makanan yang halal, sedangkan sekarang tuan mahu memakan yang haram?”
Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris atas permintaannya.
Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris meneruskan perjalanan mereka. Tidak terasa oleh mereka bahawa mereka telah bersiar-siar selama empat hari. Selama mereka bersahabat, Nabi Idris menemui beberapa keanehan pada diri temannya itu. Segala tindak-tanduknya berbeza dengan sifat-sifat manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris tidak dapat menahan hasrat ingin tahunya itu.
Kemudian beliau bertanya: “Wahai tuan, bolehkah saya tahu, siapakah tuan yang sebenarnya? Saya adalah Malaikat Maut.”
“Tuankah yang bertugas mencabut semua nyawa makhluk?” “Benar ya Idris.”
“Sedangkan tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga telah mencabut nyawa-nyawa makhluk?”
“Wahai Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka bagaikan seseorang sedang menyuap-nyuap makanan.”
“Wahai Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah atau untuk mencabut nyawaku?”
“Saya datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku itu.”
“Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu, iaitu agar tuan mencabut nyawaku, kemudian tuan mohonkan kepada Allah agar Allah menghidupkan saya kembali, supaya aku dapat menyembah Allah Setelah aku merasakan dahsyatnya sakaratul maut itu.”
Malaikat Maut pun menjawab: “Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan keizinan Allah.”
Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa Idris as. Maka dicabutnyalah nyawa Idris saat itu juga. Maka Nabi Idris pun merasakan kematian ketika itu.
Di waktu Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris itu, maka menangislah ia. Dengan perasaan hiba dan sedih ia bermohon kepada Allah supaya Allah menghidupkan kembali sahabatnya itu. Allah mengabulkan permohonannya, dan Nabi Idris pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali.
Malaikat Izrail membawa Nabi Idris ke Syurga dan ke Neraka
Kemudian Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya: “Wahai saudaraku, bagaimanakah tuan merasakan kesakitan maut itu? Bila seekor binatang dilapah kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit daripadanya. Padahal-kelembutan yang saya lakukan terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum pernah saya lakukan terhadap sesiapa pun sebelum tuan. Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan, iaitu saya sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya menyaksikan dahsyatnya api neraka itu. Wahai Idris as. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT.”
Akhirnya Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as. dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa musuh-musuh-Nya. Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, kala, api yang membara, timah yang mendidih, pokok-pokok yang penuh berduri, air panas yang mendidih dan lain-lain.
Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang. Kemudian Nabi Idris as. berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai hajat yang lain, iaitu agar tuan dapat menolong saya membawa masuk ke dalam Syurga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Allah bagi kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi ibadah saya kepada Allah SWT. Saya tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT.” Jawab Malaikat Maut.
Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris masuk ke dalam Syurga.
Kemudian pergilah mereka berdua, sehingga mereka sampai di pintu Syurga dan mereka berhenti di pintu tersebut. Dari situ Nabi Idris dapat melihat pemandangan di dalam Syurga. Nabi Idris dapat melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk para wali-waliNya. Berupa buah-buahan, pokok-pokok yang indah dan sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain.
Kemudian Nabi Idris berkata: “Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka mahukah tuan memohonkan kepada Allah untukku, agar Allah mengizinkan aku memasuki Syurga untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka?”
Maka Malaikat Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian Allah memberi izin kepadanya untuk memasuki Syurga dan kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris pun masuk ke dalam Syurga, beliau meletakkan kasutnya di bawah salah satu pohon Syurga, lalu ia keluar kembali dari Syurga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan kasutku di dalam Syurga.
Malaikat Maut pun berkata: Masuklah ke dalam Syurga, dan ambil kasut tuan.”
Maka masuklah Nabi Idris, namun beliau tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut memanggilnya: “Ya Idris, keluarlah!. Tidak, wahai Malaikat Maut, kerana Allah SWT telah berfirman bermaksud:
“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.”
Sumber :
http://alvinarea.blogspot.co.id/2011/07/sejarah-dan-kisah-25-rasul.html
0 Response to "Nabi Idris As"
Posting Komentar