Shalat Hajat


Sholat Hajat Tata Cara, Doa, Niat, Hingga Hikmah di Dalamnya
By Hadad

Dalam perjalanan hidup, kita seringkali menemukan berbagai masalah, hambatan dan rintangan yang membuat hidup menjadi terasa lebih menyulitkan. Sebuah keadaan yang hampir pasti senantiasa dan harus hadir dalam setiap kehidupan. Saat itulah kita disunnahkan untuk melaksanakan sholat hajat.

Memahami Kehadiran Allah sebagai Maha Pemberi Solusi Allah telah mensifati manusia sebagai makhluk yang lemah, yang senantiasa membutuhkan pertolongan dan bantuan. Sementara itu Allah sendiri hadir sebagai Zat Maha Penolong dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Allah juga Maha Mengetahui, sehingga sejatinya Dia telah mengetahui berbagai masalah dan keadaan yang menghimpit kita. Dengan sifat Maha Tahu-nya Allah tersebutlah kita memohon bantuan dan pertolongan atas berbagai masalah yang kita hadapi.

Allah SWT berfirman,

وَإِذَاسَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوالِى وَلْيُؤْمِنُوابِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran.” (Q.S. Al Baqoroh : 186)

وَقالَ رَبُّكُمُ ادعوني أَستَجِب لَكُم ۚ إِنَّ الَّذينَ يَستَكبِرونَ عَن عِبادَتي سَيَدخُلونَ جَهَنَّمَ داخِرينَ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka dalam keadaan hina dina.” (Q.S. Ghafir : 60)

Dalam dua ayat Al Qur’an diatas diketahui jika Allah telah menghadirkan solusi untuk berbagai masalah dan berbagai kebutuhan yang kita miliki, yaitu dengan do’a. Allah hadir selain dari Yang Maha Pengabul Do’a dan ditegaskan pula dengan penegasan jaminan bahwa do’a tersebut pasti akan dikabulkan.

Allah pun telah menghadirkan Rasulullah SAW sebagai penyampai syariat terbaik bagi umat manusia. Segala keteladanan dalam beragama ada dalam diri beliau, mulai dari tata cara ibadah, akhlak-akhlak dalam kehidupan hingga dalam tata cara berdo’a.

Allah telah menjadikan Islam sebagai agama yang sempurna, dengan kehadiranNya, firmanNya dan penyampai risalah serta keteladanan akan kebenaran menjadikan kehidupan kita menjadi lebih terarah. Maka patutlah kita bersyukur, karena Allah telah memberikan kita hidayah dan taufiq sebagai seorang muslim.

Cara Terbaik adalah yang Rasulullah Contohkan
Dalam pembahasan diatas, sedikitnya kita telah mengetahui jika Rasulullah SAW adalah sosok insan yang membawa keteladanan terbaik bagi umat Islam. Kehadirannya adalah syariat, setiap ucapan dan tindakannya adalah tuntunan dan kita tentu mengenalnya dengan istilah Sunnah.

Allah SWT berfirman,Katakanlah:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (Q.S. Al-Kahfi : 110)

Ayat ini menunjukan jika sosok Rasulullah adalah sosok yang ideal untuk diteladani dan diikuti. Hal ini disebabkan karena beliau pada dasarnya adalah sosok manusia biasa, yang sebagaimana manusia pada umumnya pernah merasakan sedih, bahagia, salah, lupa dan sifat manusiawi lainnya. Pendekatan ini pada akhirnya menjadikan sosok Rasulullah sebagai sosok yang ideal dan patut diikuti oleh manusia mana pun dan kalangan apa pun.

Salah satu dari sekian banyak sunnah yang telah beliau contohkan adalah tata cara berdo’a dikala memiliki kebutuhan dan ketika menghadapi permasalahan.

أَنَّ رَجُلاً ضَرِيرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ فَقَالَ: ادْعُ اللهَ لِي أَنْ يُعَافِيَنِي. فَقَالَ: إِنْ شِئْتَ أَخَّرْتُ لَكَ وَهُوَ خَيْرٌ وَإِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ. فَقَالَ: ادْعُهْ. فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوءَهُ وَيُصَلِّىَ رَكْعَتَيْنِ وَيَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ. يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى. اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ
“Seorang buta datang kepada Nabi SAW lalu mengatakan,” Berdo’alah engkau kepada Allah untukku agar menyembuhkanku.” Beliau SAW mengatakan,”Apabila engkau mau, aku akan menundanya untukmu (di akhirat) dan itu lebih baik. Namun, apabila engkau mau, aku akan mendo’akanmu.” Orang itu pun mengatakan,”Do’akanlah.” Nabi SAW lalu menyuruhnya untuk berwudhu dan memperbagus wudhunya serta shalat dua rakaat kemudian berdo’a dengan do’a ini,”Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Muhammad Nabiyyurrahmah. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap kepada Rabbku denganmu dalam kebutuhanku ini agar ditunaikan. Ya Allah, terimalah syafa’atnya untukku.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)

مَنْ كَانَتْ لَهُ إِلَى اللهِ حَاجَةٌ أَوْ إِلَى أَحَدٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلْيَتَوَضَّأْ وَلْيُحْسِنِ الْوُضُوءَ ثُمَّ لْيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ لْيُثْنِ عَلَى اللهِ وَلْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ثُمَّ لْيَقُلْ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لاَ تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
“Barang siapa yang mempunyai kebutuhan kepada Allah atau kepada seseorang dari bani Adam, maka berwudhulah dan perbaikilah wudhunya kemudian shalatlah dua rakaat. Lalu hendaklah ia memuji Allah Ta’ala dan bershalawat kepada Nabi SAW, dan mengucapkan (do’a), Tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah Yang Maha Penyantun dan Maha Mulia, Maha Suci Allah Rabb Arsy Yang Agung, segala puji milik Allah Rabb sekalian alam, aku memohon kepada-Mu hal-hal yang menyebabkan datangnya rahmat-Mu dan yang menyebabkan ampunan-Mu serta keuntungan dari tiap kebaikan dan keselamatan dari segala dosa. Janganlah Engkau tinggalkan pada diriku dosa kecuali Engkau ampuni, kegundahan melainkan Engkau berikan jalan keluarnya, tidak pula suatu kebutuhan yang Engkau ridhai melainkan Engkau penuhi, wahai Yang Maha Penyayang diantara penyayang.” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Meski terdapat perbedaan pendapat tentang derajat hadist mengenai shalat hajat tersebut, akan tetapi secara umum para ulama menyepakati jika shalat hajat adalah shalat yang disunnahkan. Keterangan ini dimuat dalam buku Ensiklopedia Fikih atau Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah.

Mengenal Sholat Hajat
Dari penjelasan diatas, kita bisa mengetahui mengenai dalil disunnahkannya sholat hajat. Meski Rasulullah tidak secara gamblang memberikan nama shalat hajat pada pelaksanaan shalat tersebut, akan tetapi para ulama sepakat jika shalat yang dimaksud adalah shalat hajat.

Shalat hajat adalah shalat yang dilakukan oleh seorang muslim saat memiliki hajat tertentu dan ingin dikabulkan. Shalat hajat dicontohkan Rasulullah SAW sehingga dasar hukum sunnah dan penganjurannya pun memiliki kekuatan yang juga disepakati oleh para ulama.

Sebagaimana ibadah-ibadah lain, maka shalat hajat pun terikat oleh beberapa aturan. Sehingga meski dalam tatanan ibadah yang hukumnya sunnah, namun tetap dalam koridor sebagaimana yang telah Rasulullah SAW contohkan.

Nah disini kita bisa mengetahui setidaknya dua hal penting yang berkaitan dengan sholat hajat, yaitu motivasi yang melatar belakangi dilaksanakannya sholat hajat dan waktu yang tepat untuk dilaksanakannya sholat hajat.

Yang Melatar Belakangi Dilaksanakannya Sholat Hajat
Hajat sendiri memiliki makna kebutuhan, dengan demikian secara harfiyah sholat hajat berarti sholat untuk meminta kepada Allah untuk memenuhi segala hal yang kita saat itu butuhkan. Dari pengertian ini maka kita bisa mengambil kesimpulan, jika shalat hajat dilaksanakan ketika kita menghadapi berbagai kebutuhan dan tengah menghadapi masalah serta membutuhkan pertolonganNya. Dalam penjelasan sebelumnya pun, kita mengetahui jika hadits yang dikutip menceritakan tentang seorang yang buta, yang meminta didoakan oleh Rasulullah SAW. Maka seketika Rasulullah SAW menganjurkannya untuk berwudhu dengan wudhu yang terbaik dan melaksanakan shalat dua rakaat.

Sementara di hadits yang lain disebutkan dengan lebih jelas jika shalat hajat dilaksanakan ketika ada kebutuhan. Kutipan hadist tersebut adalah, “Barang siapa yang mempunyai kebutuhan kepada Allah atau kepada seseorang dari bani Adam, maka berwudhulah dan perbaikilah wudhunya kemudian shalatlah dua rakaat.”

Di hadist yang lain Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang berwudhu dan sempurna wudhunya, kemudian shalat dua rakaat dan sempurna rakaatnya, maka Allah berikan apa yang ia pinta cepat atau lambat.” (HR. Ahmad)

Waktu yang Tepat untuk Melaksanakan Sholat Hajat
Berikutnya maka timbul pertanyaan lain, kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan sholat hajat ? Diperhatikan dari berbagai hadist yang telah dikemukakan diatas, maka secara umum sebenarnya tidak ada batasan waktu untuk melaksanakan shalat hajat tersebut.

Pelaksanaan shalat hajat yang tidak memiliki batasan waktu tersebut, mengikuti sebab yang melatar belakangi dilaksanakannya shalat hajat tersebut. Sebagaimana yang kita ketahui, terkadang beberapa kebutuhan dan permasalahan datang secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu dan tempat.

Dari beberapa hadist yang dikemukakan diatas pun, diketahui jika Rasulullah SAW langsung menyuruh berwudhu dan melaksanakan shalat ketika para sahabatnya menghadapi hajat. Hal ini menunjukan jika memang shalat hajat tidak terikat oleh batasan waktu tertentu.

Akan tetapi, harap diperhatikan juga pada waktu-waktu yang terlarang untuk melaksanakan sholat. Beberapa waktu terlarang dalam melaksanakan sholat diantaranya pada waktu setelah shalat ashar dan setelah shalat shubuh hingga menjelang syuruq.

Tata Cara Sholat Hajat
Setelah kita mengenal sholat hajat dan memahami latar belakang untuk melaksanakannya, maka kita harus mengetahui tata cara pelaksanaan sholat hajat yang sesuai dengan yang Rasulullah SAW contohkan.

Niat
Kaidah fiqih secara umum menyebutkan bahwa setiap amalan harus di awali dengan niat. Pun sama halnya dengan sholat hajat, tanpa niat pelaksanaan sholat hajat ini menjadi tertolak.

Pada dasarnya, semua niat bertempat di hati. Akan tetapi ada pula ulama yang berpendapat jika niat tersebut sunnah untuk di bacakan secara zahar (jelas) dengan lisan.

Niat di dalam hati adalah dengan cara menghadirkan keinginan dan kesiapan untuk melaksanakan sholat hajat. Sementara secara lisan, niat sholat hajat berbunyi,

أُصَلِّي سُنَّةَ الحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Aku (niat) sholat sunat hajat 2 rakaat karena Allah ta’ala

Tata cara Shalat Hajat
Pada dasarnya tata cara sholat hajat sama saja dengan tata cara sholat pada umumnya. Sholat hajat dilaksanakan sebanyak minimal 2 rakaat dan paling banyak sebanyak 12 rakaat. Dengan salam setiap 2 rakaatnya.

Adapun bacaan surat yang harus di baca, pada hadits yang telah kita ketahui tidak ada surat khusus yang mesti dibaca. Artinya surat atau ayat apapun bisa kita baca di dalam sholat hajat. Meski demikian ada beberapa ulama yang memberikan pendapat, bahwa terdapat beberapa surat yang sunnah di baca ketika di dalam shalat hajat, seperti surat Al-Kafiruun di rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas di rakaat kedua.

Do’a Sholat Hajat
Dikutip dari situs fiqhmenjawab.com, setidaknya ada dua do’a hajat yang telah di contohkan oleh Rasulullah, yaitu,

Doa Shalat Hajat 1

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ. يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى. اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Muhammad Nabiyyurrahmah. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap kepada Rabbku denganmu dalam kebutuhanku ini agar ditunaikan. Ya Allah, terimalah syafa’atnya untukku.”

Doa Shalat Hajat 2

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لاَ تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
“Tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah yang Maha Penyantun dan Mahamulia, Mahasuci Allah Rabb Arsy yang agung, segala puji millik Allah Rabb sekalian alam, aku memohon kepada-Mu hal-hal yang menyebabkan datangnya rahmat-Mu, dan yang menyebabkan ampunan-Mu serta keuntungan dari tiap kebaikan dan keselamatan dari segala dosa. Janganlah Engkau tinggalkan pada diriku dosa kecuali Engkau ampuni, kegundahan melainkan Engkau berikan jalan keluarnya, tidak pula suatu kebutuhan yang Engkau ridhai melainkan Engkau penuhi, wahai Yang Maha Penyayang di antara penyayang.”

Amalan Lain untuk Kesempurnaan Shalat Hajat
Untuk menyempurnakan amalan Shalat Hajat hendaknya disertai dengan amalan-amalan lainnya. Berikut ini adalah beberapa amalan yang juga bisa mempercepat dikabulkannya doa.

Wudhu yang Sempurna
Dalam hadist dengan jelas disebutkan jika sebelum melaksanakan sholat hajat, hendaklah berwudhu terlebih dahulu dengan wudhu yang terbaik. Bahkan bisa jadi wudhu terbaik dan sholat hajat 2 rakaat adalah satu paket amalan yang tidak bisa saling melepaskan. Karena itu, hendaknya kita mengerjakan wudhu sebaik mungkin sebelum melaksanakan shalat hajat tersebut.

Selain itu, hal ini bisa menjadi bahan perenungan bagi kita, apakah wudhu yang selama ini kita kerjakan sudah baik dan benar? Seringkali kita mengabaikan amalan-amalan yang bersifat rutinitas sehingga hilang makna sejati yang terkandung di dalamnya, contohnya seperti wudhu ini. Secara tidak langsung, Rasulullah seperti ingin menyampaikan bisa jadi tidak terpenuhinya berbagai kebutuhan kita disebabkan karena, kita lalai dalam beribadah dengan contoh wudhu yang tidak sempurna. Wallahu a’lam

Memperbanyak Baca Istighfar
Kalimat istighfar adalah kalimat permohonan ampun kita sebagai hamba kepada Allah, atas berbagai dosa dan kesalahan yang kita lakukan. Sejatinya, manusia memang tidak luput dari berbagai kesalahan baik itu disengaja atau pun tidak. Karenanya, Rasulullah memberikan keteladanan dengan membaca setiap hari sebanyak 70 kali.

Rasulullah SAW saja yang sudah terjamin akan ampunanNya, masih membaca istighfar setiap sebanyak 70 kali. Rasanya kita sebagai manusia biasa harus lebih banyak dalam membaca istighfar, sebagai bentuk pertaubatan atas berbagai kesalahan dan berharap ampunan di hari kiamat nanti.

Disamping itu, kalimat istighfar ini adalah solusi jika kita merasa tak berkucupan akibat rizki yang kurang. Sebuah hadist mengatakan, Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya seorang hamba bisa tertahan rezkinya karena dosa yang dilakukannya.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah)

Memperbanyak Tilawah
Al Qur’an adalah kalamNya, sebuah tuntunan dan pedoman yang secara khusus diturunkan untuk umat manusia. Sebagai mukjizat terbesar sepanjang masa, Al Qur’an sudah barang tentu mampu menjadi solusi atas berbagai masalah yang dihadapi umat.

Selain bertilawah, sempatkan juga untuk membaca terjemahan dan mentadabburinya. Insya Allah dengan manisnya iman, kita bisa menemukan solusi atas berbagai permasalahan yang kita hadapi.

Memperbanyak sedekah
Sedekah adalah sebuah amalan yang bisa dikategorikan amalan paling mudah. Sedekah tidak memiliki batasan, hanya berasal dari niatan baik pun sudah termasuk dalam sedekah. Dari mulai sekedar senyum, membuang duri di jalan hingga mengeluarkan harta di JalanNya (Infaq).

Ada banyak hadist yang menjelaskan tentang berbagai keutamaan sedekah, diantaranya, Barangsiapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain. (HR. Ahmad)

Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sodaqoh. (HR. Al-Baihaqi)

Allah Tabaraka wata’ala berfirman (di dalam hadits Qudsi): “Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu.” (HR. Muslim)

Dan masih banyak lagi. Insya Allah setelah melaksanakan sholat hajat lantas disertai dengan bersedekah maka segala hajat kita akan segera lekas terkabul.

Hikmah Dibalik Sholat Hajat
Setelah kita melaksanakan sholat hajat, maka yang harus kita periksa kembali adalah tingkat keimanan yang kita miliki. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, maka sejatinya Allah pun tahu permasalahan apa sebenarnya tengah kita hadapi dan Allah tahu solusi terbaik apa yang tepat untuk kita.

Dengan demikian, mungkin timbul pertanyaan lantas kenapa mesti repot-repot sholat hajat? Toh sebenarnya Allah sudah tahu juga. Nah, sholat hajat ini adalah sebagai bentuk keseriusan kita dalam membuktikan bahwa kita benar-benar butuh Allah SWT.

Sholat hajat dan do’a juga sebagai bentuk pengakuan, bahwa sebenarnya kita adalah manusia yang serba memiliki keterbatasan. Tanpa pertolongan Allah, kita amatlah lemah dan hina. Sementara itu, kita mengakui bahwa Allah Maha Berkuasa, Maha Tinggi dan Maha penolong serta Maha Mengabulkan do’a.

Ini penting, sebab sebagai makhluk yang diperintahkan beribadah kepadaNya, kita tidak diperbolehkan memiliki sifat sombong sekecil apapun. Merasa diri sanggup menyelesaikan berbagai masalah dan merasa sanggup memenuhi berbagai kebutuhan tanpa meminta pertolongan Allah pun sudah masuk dalam kategori sombong.

Banyak perumpamaan-perumpamaan yang digambarkan dalam Al Qur’an, bagaimana orang-orang sombong di zaman terdahulu di hukum oleh Allah dengan dilemahkan bahkan beberapa diantaranya di azab dengan keras. Orang-orang ini notabene adalah orang-orang perkasa di zamannya, berkuasa atau kaya raya, namun mereka tidak menganggap Allah sebagai penolong mereka malah mengingkari keberadaan-Nya.

Akhirnya, semoga setelah kita mendapat pemahaman tentang sholat hajat dan berbagai penjelasannya, kita bisa lebih mengenal Allah, mengenal diri sendiri dan menjadikannya sebagai amalan tambahan yang berkualitas di sisiNya.

Menutup artikel ini, saya ingin kembali mengingatkan sebuah ayat yang berisi jaminan sekaligus ancaman bagi kita sebagai umat Islam.

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka dalam keadaan hina dina.” (Q.S. Ghafir : 60)


Related Posts:

0 Response to "Shalat Hajat"

Posting Komentar