Sami'iyyat

A. Sam’iyyat

الدرس التاسع : في السمعيات.
السمعيات هي أمور ورد ذكرها في القرآن الكريم و نصت عليها السنة النبوية و ليس للعقل فيهما مجال ، فيجب على المكلف أن يؤمن بها شرعا لثبوت رسالته صلى الله عليه و آله وسلم و هي كثيرة منهما : الملائكة ، و الكتب و كون الأمور كلهما بقضاء و قدره و كونه الأنبياء مؤيدين بالمعجزات و كونه نبينا خاتم الأنبياء و كونه أفضلهم على الإطلاق ، و منها اليوم الآخر و سؤال القبر و نعيمه و عذابه و الثواب و العقاب و البعث و النشر و الحشر و شفاعة النبي و الحساب و الوزن و الميزان و الحوض و الصراط و الجنة و النار و العرش و الكرسي و اللوح و القلم و أخذ الصحف و الإسراء و المعراج و حياة الشهداء في قبورهم و غير ذلك .

Sumber : Web Fiqih Nabi: https://hasansaggaf.wordpress.com/

PELAJARAN KESEMBILAN: AS-SAM’IYYAT
SYARAH
Assam’iyyat menurut bahasa berarti sesuatu yang ghaib yang hanya bisa diketahui secara benar dengan cara ikhbari (berita yang didengar), yakni apa yang didengar dan diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Atau dalam arti lain suatau perkara yang tertera dalam al-Qur’an dan disebut dalam hadits Nabi saw sedangkan perkara itu tidak bisa diterima oleh akal manusia biasa atau sesuatu yang ghaib yang tidak bisa ditangkap oleh panca indra manusia biasa tapi harus dipercayai oleh setiap muslim akil dan baligh. Adanya perkara ini demi untuk meyakinkan kepastian adanya risalah yang dibawa Rasulallah saw.

Hal yang menyangkut sam’iyyat ini banyak sekali diantaranya adanya para Malaikat, kitab kitab yang diturunkan kepada para nabi, adanya qadha dan qadar, adanya mukjizat mukjizat yang diberikan kepada para nabi, menyakini bahwa nabi Muhammad saw itu adalah nabi terakhir dan nabi yang paling sempurna, adanya hari kiamat, siksa kubur, pahala dan dosa, hari kebangkitan, hari dikumpulkan manusia di padang mahsyar, syafaat Nabi saw, hari perhitungan, hari pertimbangan, telaga, jembatan (shirat), surga dan neraka, Arsy, Kursi, Lauhul Mahfudh, penarikan Al-Qur’an, Isra’ Mi’raj, kehidupan para syuhada’ dalam kubur, dan lain lainnya.

Semua ini adalah sam’iyyat atau perkara yang berhubungan dengan alam ghaib yang tidak bisa ditangkap oleh panca indara manusia biasa, tidak bisa dilihat, tidak bisa diraba dan kita hanya mendengar dari kitab suci yang diturunkan kepada Nabi saw dan hadisth beliau atau semua yang telah diterangkan oleh para nabi sehubungan dengan perkara tadi. Perkara perkara ini merupakan ujian bagi manusia selama dia hidup di dunia. Manusia diuji apakah ketika di dunia dia beriman kepada hal hal yang ghaib, yang mana semuanya itu tidak tampak ataukah dia

B. Malaikah

الملائكة
الملائكة : هم أجسام نورانية لطيفة ، جعل الله لهم قوة على التشكل بأشكال مختلفة جميلة ، و على الأفعال الشاقة لا يوصفون بذكورة ولا أنوثة ، ولا يأكلون و لا يشربون و لا ينامون يسبحون الليل و النهار لا يفترون بالغون في الكثرة الى حد لا يعلمه إلا الله سبحانه و تعالى ، فيجب الإيمان بهم إجمالا إلا فيمن ورد تعيينه باسمه المخصوص أو بنوعه ،
المعينون بأسمائهم : يجب الايمان بالملائكة المعينين بأسمائهم و هم جبريل أمين الوحى و ميكائيل الموكل بالأمطار و الأرزاق و اسرافيل الموكل بنفخ الصور ، و عزرائيل الموكل بقبض الأرواح و رضوان خازن الجنة و مالك خازن النيران و رقيب كاتب الحسنات و عتيد كاتب السيئات و منكر و نكير الموكلان بسؤال القبر
المعينون بأنواعهم : يجب الإيمان بالملائكة الذين ورد تعيينهم بأنواعهم و هم حملة العرش و هم الآن أربعة ، إذا كان يوم القيامة يزيدهم الله بأربعة أخرى و الملائكة الحافون حول العرش و خزنة النار و الحفظة .

MALAIKAT
Kata malaikat merupakan jamak dari kata malak yang bererti kekuatan. Jadi malaikat adalah kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah Allah. Ada juga yang mengartikan risalah. Sehingga makna dari kata al-malak adalah ar-rasul (utusan). Jadi, Allah mempunyai dua jenis rasul, satu dari jenis manusia dan satu dari jenis makhluk ghaib yaitu para malaikat,

Malaikat dalam Islam, merupakan makhluk mulia, halus dan mengagumkan yang diciptakan Allah dari cahaya dan terpelihara dari maksiat. Mereka bukan laki laki atau perempuan, tidak kawin, tidak berketurunan, tidak beribu dan berbapak, tidak tidur dan tidak makan dan minum. Mereka bisa berubah bentuk menjadi mausia, sebagaimana terjadi pada malaikat Jibril ketika menyampaikan wahyu kepada Rasulallah saw. Tidak jarang ia menampakkan dirinya dalam bentuk aslinya dan juga dalam bentuk seorang laki laki muda yang tampan. Begitu pula malaikat telah menampakkan dirinya kepada siti Maryam dalam rupa laki-laki yang sempurna, sebagaimana malaikat juga menampakkan dirinya sebagai tamu mulia kepada nabi Ibrahim as.

Malaikat dikatakan mempunyai sayap dan mampu terbang dengan cepat seperti kecepatan cahaya. Ini meyakini bahwa Allah telah menciptakan makhluk yang terbuat dari cahaya yang patuh kepada Allah. Maka wajib bagi kita untuk mengimaninya dengan iman yang benar

Setiap malaikat diberi tugas oleh Allah. Di antara mereka ada yang ditugaskan untuk menyampaikan wahyu, mencatat amal manusia, membagikan rizki, mencabut arwah, menjaga surga, menjaga neraka, mengikuti dan menghadiri majlis dzikir. Di antara mereka ada yang tugasnya hanya untuk bersholat dan bertasbih kepada Allah siang dan malam. Ada pula yang ditugaskan untuk menjaga badan manusia dan sebagainya. Para malaikat hanya mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Mereka tidak melanggar larangan Allah.

Jumlah mereka sangat banyak dan tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah yang menciptakan mereka dari cahaya. Allah berfirman, “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.” (Al-Muddatstsir, 31). Di antara dalil yang menunjukkan banyaknya jumlah mereka adalah hadits Anas bin Malik tentang kisah mi’raj Nabi saw dimana pada langit ketujuh beliau bertemu dengan nabi Ibrahim as yang tengah bersandar ke Baitul Ma’mur, yaitu sebuah rumah di langit dimana setiap hari dimasuki oleh 70.000 malaikat demikian seterusnya setiap hari.

Dari sekian banyak malaikat hanya ada beberapa malaikat yang wajib diketahui nama dan tugas mereka. Diantaranya ada sepuluh nama malaikat yang wajid bagi setiap muslim mengetahuinya yaitu: Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Ridhwan, Malik, Raqib, ’Atid, Munkar, Nakir.

1. Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu Allah.
2. Malaikat Mika’il bertugas menurunkan hujan dan memberikan rizki.
3. Malaikat Israfil bertugas meniup terompet pertanda hari kiamat.
4. Malaikat Izra’il bertugas mencabut arwah.
5. Malaikat Ridwan, bertugas menjaga surga.
6. Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka.
7. Malaikat Raqib bertugas mencatat amal baik manusia.
8. Malaikat ’Atid bertugas mencatat amal buruk manusia
9. dan 10. Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir, bertugas menanya dalam kubur.

Dari nama-nama malaikat di atas hanya tiga yang disebut dalam Al Qur’an, yaitu Jibril, Mikail dan Malik. Sedangkan Israfil, Munkar dan Nakir disebut dalam Hadits.(perlu rujukan). Dan nama nama yang lainnya tidak ditemukan sumbernya baik dalam Al Quran maupun Hadits, kemungkinan didapatkan dari sumber Israiliyat. Dalam Al Qur’an Izra’il hanya disebut Malaikat Maut, malaikat Jibril juga disebut di banyak tempat dalam Al Qur’an dengan sebutan lain seperti Ruhul Qudus, Ruhul Amin dan lain lain.

Disamping 10 malaikat yang disebut di atas, ada lagi beberpa malaikat yang wajib setiap muslim beriman kepadanya ialah percaya akan wujudnya malaikat yang lain selain daripada sepuluh malaikat. Di antara malaikat yang wajib diketahui ialah malaikat pemegang atau penyusung ’Arsy yaitu empat malaikat dan pada hari kiamat akan ditambah sebanyak empat malaikat lagi sehigga jumlah malaikat pemegang ’Arsy menjadi delapan malaikat. Juga harus diimani akan wujudnya malaikat yang berlingkar di sekeliling ’Arsy. Juga harus diimani wujudnya malaikat Zabaniyah yaitu19 malaikat penyiksa didalam neraka dan malaikat penjaga manusia atau Hafdzah.

Ini semua merupakan hal yang ghaib yang tidak bisa ditangkap oleh pancaindra manusia biasa tapi wajib diyakini dengan keyakinan yang kuat, berdasarkan ikhbariat atau sam’iyyat yang kita dapatkan dalam al-Qur’an dan Hadits.

Hikmah dan Atsar:
Para ulama menyatakan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang bisa melihat malaikat dalam rupa aslinya, kecuali para nabi dan itu pun karena Allah menguatkan mereka. Allah Ta’ala berfirman di ayat ke-8 surah Al-An’am, “Dan mereka berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?” dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentulah selesai urusan itu,” yakni: Mereka semua akan mati karena mereka tidak akan sanggup melihat bentuk malaikat. Sudah diketahui bersama bagaimana beratnya keadaan Nabi saw tatkala beliau melihat rupa asli Jibril di dalam goa Hira, seandainya Allah tidak menguatkan beliau niscaya beliau akan meninggal seketika.

C. Kitab Kitab Suci

الكتب : هي ما أنزله الله على الأنبياء و الرسل عليهم السلام مما يحتوي على أمره و نهيه و وعده و وعيده و هي كثيرة لا يعلم حصرها إلا الله سبحانه و تعالى ، منها أربعة يجب الايمان بها تفصيلا و هي : التوراة و الإنجيل و الزبور و القرآن ، و هو أفضلها ، قال الله تعالى { آمَنَ الرَّسُولُ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِه }

KITAB KITAB ALLAH
Kitab kitab Allah adalah kitab kitab yang diturunkan kepada para nabi dan rasul yang dianjurkan untuk disampaikan kepada manusia agar bisa dijadikan pedoman hidup bagi mereka. Kitab-kitab ini berisi peraturan, ketentuan, perintah dan larangan yang dijadikan tuntunan bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sebagai muslim kita harus percaya dan meyakini dengan keyakinan yang teguh bahwa semua kitab yang telah diturunkan Allah.kepada para nabi dan rasul-Nya pasti benar.

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
Allah berfirman, ”Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.” (al-Baqarah, 285)

Dinamakan kitab kitab suci karena mengandung firman Allah yang suci dan bersih dari kesalahan dan campur tangan manusia yang kotor, diturunkan kepada para nabi dan rasul melalui Malaikat untuk disampaikan kepada manusia.

Kitab-kitab Allah banyak sekali tidak terhitung bilanganya dan diturunkan pada masa yang berlainan, namun di dalamnya terkandung ajaran pokok yang sama, yaitu ajaran tauhid atau ajaran tentang keesaan Allah. Yang berbeda hanyalah dalam hal syariat yang disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.

Diantara sekian banyak kitab kitab suci Allah, hanya ada 4 kitab suci yang wajib diketahui oleh setiap muslim yaitu:
1- Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as,
2- Injil diturunkan kepada Nabi Isa as
3- Zabur kepada Nabi Dawud as.
4- al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

1. KITAB TAURAT
Kitab Taurat diwahyukan Allah kepada nabi Musa as sebagai pedoman hidup bagi kaum Bani Israil. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada )petunjuk dan cahaya(yang menerangi)”(an-Nisa’, 44)

Kitab Taurat asli yang berisikan akidah dan hukum-hukum syariat sudah tidak ada lagi. Yang beredar di kalangan orang-orang Yahudi saat ini bukanlah kitab Taurat asli, melainkan palsu. Sebab mereka telah melakukan perubahan-perubahan isinya.

Para ulama pun sepakat bahwa kitab Taurat yang murni sudah tidak ada lagi. Taurat yang beredar saat sekarang lebih tepat dikatakan sebagai karangan atau tulisan orang-orang Yahudi pada waktu dan masa yang berbeda. Allah berfirman, “Yaitu orang-orang Yahudi mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya.”(An-Nisa’, 46).

2. KITAB INJIL
Kitab Injil diturunan oleh Allah kepada Nabi Isa as. Kitab Injil yang asli memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata yaitu perintah-perintah Allah agar manusia percaya bahwa Allah itu esa atau satu bukan banyak dan tidak menyekutuan-Nya dengan suatu apapun. Juga dalam kitab Injil yang asli telah dijelaskan bahwa diakhir zaman akan lahir seorang nabi yang terakir. (Perlu pembahasan yang luas)

3. KITAB ZABUR
Kitab zabur diturunkan Allah kepada nabi Daud as. Nabi Daud hanya diperintahkan oleh Allah untuk mengikuti syariat Nabi Musa. Maka pokok ajaran kitab Zabur berisi tentang zikir, nasehat dan hikmah bukan hukum.

4. KITAB AL-QUR’AN
Al-Qur’an adalah kitab suci yang wajib diimani dan diyakini dengan keyakinan yang kuat akan kesuciannya. Berlainan dengan kitab kitab suci sebelumnya, Al-Quran diturunkan Allah swt.kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril as itu tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun yang terdiri dari 30 juz. Wahyu pertama berupa surat Al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan di gua Hira’ ketika Nabi saw sedang berkhalawat atau menyendiri. Pada saat itu pula beliau dinobatkan sabagai Rasulullah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh umat.

Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surat al-Maidah ayat 3, ”Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.”. Ayat tersebut turun pada Rasulallah saw ketika melakukan haji wada’ kemudian setelah menerima wahyu tersebut beliau wafat.

Al-Quran diturunkan kepada Nabi saw untuk menghapus syari’at yang tertera dalam kitab-kitab terdahulu. Ia merupakan kitab suci terlengkap dan abadi sepanjang masa, berlaku bagi semua umat manusia sampai akhir zaman, serta pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan didunia agar tercapai kebahagiaan diakhirat.

Al-Qur’an tidak diragukan lagi kebenaran dan keasliannya, terperihara dari mulai diturunkan sampai masa yang tidak bisa ditentukan. Para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah saw dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

Penulisan Al-Qu’an dalam bentuk teks sudah dimulai sejak zaman Nabi saw, tapi sangat rare dan jarang didapatkan, karena pada zaman itu mereka kebanyaknya mengandalkan kepada hafalan bukan kepada tulisan. Kemudian sedikit demi sedikit mulai didapatkan perobahan Al-Qur’an dari hafalan ke tulisan dan perobahan Al-Qur’an menjadi teks terus dijumpai dan dilakukan sampai pada zaman khalifah Utsman bin Affan ra.

Pada masa ketika Rasulallah saw masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur’an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Ka’ab. Sahabat yang lain juga secara diam diam menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, dll. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah wahyu diturunkan.

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar ra, terjadi beberapa pertempuran diantaranya perang yang dikenal dengan nama perang Ridda yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur’an dalam jumlah yang tidak terhitung. Umar bin Khattab ra pada saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Khalifah Abu Bakar ra untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur’an yang saat itu tersebar di antara para sahabat, penghapal Al-Qur’an. Lalu Abu Bakar ra memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk membuat lajnah pengumpulan Al-Qur’an yang mengorganisai pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur’an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar ra. Abu Bakar ra menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf pertama itu berpindah kepada Umar bin Khattab ra sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya diserahkan dan dipegang oleh anaknya Hafsah yang juga istri Nabi saw.

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, Islam semakin tersebar luas ke suluruh penjuru, dan terjadilah perbedaan dialek (lahjah) antara suku yang berasal dari daerah dan negara berbeda beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijaksanaan untuk membuat keseragaman dalam cara membaca Al-Qur’an (qira’at). Lalu ia mengirim utusan kepada Hafsah binti Umar ra untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Ia memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurahman bin Al-Harists bin Hisyam. Ia memerintahkan agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika terjadi perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al-Qur’an turun dalam dialek bahasa mereka.

Maka terbentuklah sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah). Standar tersebut kemudian dikenal dengan istilah Mushaf Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Besamaan dengan keluarnya penyamaan dengan standar yang dihasilkan, maka khalifah Ustman ra memerintahkan seluruh mushaf yang berbeda untuk dimusnahkan. Hal ini demi untuk mencegah perselisihan di antara umat islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur’an. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah.

Dari keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati dan disetujui oleh para sahabat. Hal ini agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. Al-Hijr 9

D. Qada’ Dan Qadar

الدرس العاشر : في القضاء و القدر
القضاء هو تحديد الله أزلا كل مخلوق بحده الذي يوجد عليه من حسن و قبح و نفع و ضر ، ما يحويه من زمان و مكان و ما يترتب عليه من ثواب و عقاب .
القدر هو إيجاد الله الأشياء على وفق إرادته و علمه بها و تحديده لها في الأزل .
الايمان بالقضاء و القدر
معنى الإيمان بهما هو الاعتقاد الجازم بأن كل شيئ خيرا كان و شرا بقضاء الله وقدره و قد قدر الله أفعالنا في الأزل سواء كانت اختيارية و اضطرارية ، و جعل لنا إرادة جزئية نقدر بها على اختيار الخير أو الشر ، فلسنا مجبورين على فعل شيئ ، قال صلى الله عليه و آله وسلم ( لا يؤمن عبده حتى يؤمن بأربعة : يشهد أن لا اله الا الله و أني رسول الله بعثني بالحق و يؤمن بالبعث بعد الموت ، و يؤمن بالقدر خيره و شره حلوه و مره فيجب الرضاء بالقضاء و القدر و يحرم الاحتياج بهما على المعاصي

PELAJARAN KESEPULUH: QADHA DAN QADAR
SYARAH
Percaya kepada qadha dan qadar adalah mempercayai bahwa segala yang berlaku berupa kebaikan atau keburukan adalah ketentuan Allah semata-mata.

Qadha adalah penentuan Allah yang tidak bisa berubah kepada makhlukNya berupa kebaikan atau keburukan sejak dari azali atau dari zaman yang tidak bermula berdasarkan dari kebijaksanaa-Nya yang tanpa batas dan ilmu Nya yang Maha Tinggi

Sebagai contoh, Allah menetapkan bahwa di dalam air itu terdapat zat Oksigen dan Hidrogen. Hakikat ini tidak dapat dirubah sampai kapanpun. Begitu pula Allah menetapkan mata sebagai alat untuk melihat dan telinga untuk mendengar dan fungsi ini tidak bisa berobah sampai kapanpun. Allah menetapkan setiap yang hidup pasti akan mati dan tidak ada seorangpun yang bisa merobah kenyataan ini. Semua ini tidak dapat dirobah oleh siapapun sebab semuanya ini adalah ketetapan Allah sejak dari azali atau dari zaman yang tidak bermula berdasarkan kebijaksanaan-Nya yang tanpa batas.

Qadar adalah perkara yang diciptakan Allah sesuai dengan kehendak dan pengetahuan-Nya, kemudian ditetapkan dalam azali atau zaman yang tidak bermula.

Allah telah mentakdirkan semua perbuatan manusia baik berupa pilihannya sendiri atau sesuatu yang telah ditetapkan Allah. Dan Allah tidak memaksa manusia tapi Allah memberikan kebebasan kepadanya untuk memilih jalan hidupnya sendiri. walaupun demikian, segala keputusan manusia tidak boleh keluar dari ruang yang telah Allah tetapkan dan Allah telah mengetahui segala keputusan yang akan diambil oleh manusia. Maka dari itu semua kelakuan dan tindak tanduk manusia sehari hari bisa berobah dan manusialah yang merobahnya.

Kesimpulannya, bahwa Allah tidak pernah memaksa manusia tapi Allah memberikan kebebasan kepadanya untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Tapi walaupun demikian, segala keputusan manusia tidak boleh keluar dari ruang yang telah Allah tetapkan dan Allah telah mengetahui segala keputusan yang akan diambil oleh manusia. Allah berfirman: ” Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku.” (Qaaf, 29)

Telah diketahi bahwa semua yang menyangkut dengan urusan manusia telah tertulis di di Lauhil Mahfudh dan ini merupakan takdir dari Allah. Tapi takdir ini boleh berubah dari masa ke masa, contohnya , jika usia seseorang telah tertulis di Lohil Mahfudh 60 tahun, tapi ia sering melakukan silaturahim kepada keluarganya dan sesama manusia, maka dengan kehendak Allah mungkin menambah usianya melebihi 60 tahun. Allah berfirman: ” Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Umulkitab (Lohmahfuz).” (Ar-Ra’du, 39)

Di samping silaturahim yang bisa merobah takdir usia manusia menjadi lebih panjang, do’a juga bisa merobah takdir Allah yang telah ditulis di Lohil Mahfodh, semua ini bisa berobah dengan kehendak Allah dan kebijaksanaa-Nya yang Luas. Makanya kita dianjurkan berdo’a dalam nishfu Sya’ban: “Ya Allah, jika Engkau telah mentakdirkan aku tergolong di dalam golongan orang-orang yang bahagia, maka tetaplah aku di dalam keadaan itu. Sebaliknya jika Engkau telah mentakdirkan aku di dalam golongan orang-orang yang celaka dan berdosa, maka hapuskanlah takdir itu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang mendapat kebahagiaan dan keampunan.”

Kita sebagai muslim wajib percaya dan meyakini dengan keyakinan yang teguh bahwa semua yang berlaku berupa kebaikan atau keburukan adalah ketentuan Allah semata-mata. Rasulallah saw bersabda “Tidak beriman seseorang kecuali ia meimani empat perkara, menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah, mempercayai bahwa aku adalah Rasulallah ditutus dengan kebenaran, mengimanai dengan hari kebangkitan setelah kematian, dan mempercayai takdir Allah berupa kebaikan atau keburukan, manis dan pahit.” Dan kita wajib pula ridho dan ikhlas dengan ketentuan Allah.

Hikmah Dan Atsar
Ada seorang laki laki ditangkap karena mencuri pada zaman Khalifah Umar bin Khathab ra. Lalu ia dibawa menghadap beliau. Lelaki itu ditanya, “Mengapa kamu mencuri?” ia menjawab, “Karena Allah telah mentakdirkan kepada diriku untuk mencuri”. Khalifah Umar ra marah besar mendengar jawaban laki laki tersebut lalu berkata, “Cambuk laki laki ini dengan tiga puluh cambukan lalu potong tangannya.” Laki laki ini terkejut dengan hukuman itu dan lalu bertanya: “Mengapa hukumannya begitu berat?” Umar bin Khattab ra berkata: “Kamu akan dipotong tangan karena mencuri dan dicambuk karena berdusta atas nama Allah.” Maksudnya, manusia diizinkan Allah untuk membuat pilihan dan hal ini adalah sebahagian daripada ketetapan qadha dan qadar.


Related Posts:

0 Response to "Sami'iyyat"

Posting Komentar